suara banua news – BATOLA, Desa Beringin Kencana dan Desa Tanggul Rejo Kecamatan Tabunganen dikenal sebagai sentra penghasil kelapa Dalam di Kabupaten Batola.

SEMUA WARGA hampir rata rata memiliki lahan perkebunan Kelapa Dalam, hal ini didukung oleh luas wilayah yang dimiliki Kabupaten Batola.


Selain perkebunan, penghasilan warga di desa ini juga bersumber dari hasil produksi pertanian dan sebagai nelayan.

Kendati demikian, potensi perkebunan dan pertanian masih terkendala akses infrastruktur yang belum mendukung serta nilai jualnya yang masih rendah, sehingga belum bisa meningkatkan kesejahteraan para petaninya.

Untuk harga gabah kering jenis siam hanya mencapai harga 7 ribu perkilonya, dan harga buah Kelapa Dalam muda Rp 1.700 hingga Rp 3.000 perbijinya. Kemudian kelapa kering hanya Rp 2.000.

Sedangkan untuk harga jual padi di luar desa mencapai Rp 80.000 – Rp 85.000 dan buah kelapa muda berkisar Rp.5.000 – Rp 8.000, sementara buah kelapa kering dari Rp 3.000- Rp 5.000.

Minimnya harga jual hasil pertanian dan buah kelapa, menjadi keluhan warga di 2 desa wilayah kecamatan tabunganen yaitu desa Beringin Kencana dan Desa Tanggul Rejo.

Jalan dan jembatan yang mengalami kerusakan ini merupakan akses penghubung 2 wilayah kecamatan yakni, wilayah kecamatan tamban dengan wilayah kecamatan tabunganen.

Jalan ini dulunnya pernah di aspal pada tahun 1995 lalu, namun hingga saat ini tidak pernah tersentuh perbaikan,apabila air pasar jalan terendam air pasang dan kondisi jalan sebagian mulai menyempit lantaran tergerus oleh air pasang.

Kepala Desa Beringin Kencana, Murtoyo mengatakan minimnya hargal dan gabah tersebut dikarenakan akses penghubung ke wilayah desanya rusak, sehingga menjadi permainan tengkolak untuk memainkan harga gabah dan buah kelapa, katanya.

“Turunnya harga pasaran gabah kering dan buah kelapa, hal ini disebabkan akses darat sulit dilewati karena jalan dan jembatan mengalami kerusakan cukup parah” jelasnya.

Kepala desa Tangggul Rejo juga mengeluhkan hal yang sama ” pemerintahan desa tidak bisa menganggarkan dana desa untuk perbaikan jalan dan jembatan rusak karena bukan aset desa melainkan aset pemda kabupaten batola, sementara untuk perbaikan jalan dan jembatan hanya bisa dilakukan swadaya bersama warganya”, ucapnya.

Sementara itu salah seorang warga Darmadi, rusaknya akses darat sulit untuk membawai hasil pertanian atau dari perkebunan keluar desa, sehingga terpaksa menjual hasil pertanian dan perkebunan tersebut pada tengkolak meskipun harga jual lebih murah,ucapnya.***
iberahim sbn