suara banua news, BANJARMASIN– Pemerintah Kota Banjarmasin pernah memiliki tiga Badan Usaha Milik Daerah (BUMD): PDAM Bandarmasih, Perumda PALD, dan PD Kayuh Baimbai Utama.
KETIGA BUMD ini memiliki perjalanan sejarah yang berbeda, dengan keberhasilan dan kegagalan yang memberikan pelajaran berharga bagi pengelolaan BUMD di masa mendatang.

PDAM Bandarmasih: Sejarah panjang, tantangan modern
PDAM Bandarmasih, yang bermula sebagai “Water Leijding Hendrief” pada tahun 1937 di masa penjajahan Belanda, telah mengalami perkembangan signifikan.

Dari kapasitas awal yang terbatas, PDAM Bandarmasih kini melayani sebagian besar penduduk Banjarmasin.
Perkembangannya ditandai dengan berbagai peningkatan kapasitas produksi dan perluasan jaringan distribusi, berkat bantuan dari berbagai negara dan program pemerintah.
Namun, tantangan tetap ada. Pertanyaan mengenai perubahan status perusahaan dari Perusahaan Daerah menjadi PT, perluasan jaringan perpipaan, jumlah sambungan rumah, dan lokasi booster membutuhkan penjelasan lebih lanjut dari direktur umum PDAM Bandarmasih untuk memberikan gambaran yang komprehensif mengenai kinerja dan rencana pengembangan perusahaan ke depan.
Informasi mengenai detail teknis seperti panjang jaringan perpipaan dan jumlah booster sangat penting untuk menilai efektivitas pelayanan dan merencanakan pengembangan infrastruktur air bersih di Banjarmasin.
Perumda PALD: Peran dan pengembangan
Informasi mengenai Perumda PALD masih terbatas. Pertanyaan mengenai sejarah berdirinya, bidang usaha, dan rencana pengembangannya perlu dijawab untuk memberikan pemahaman yang lebih utuh tentang peran dan kontribusi Perumda PALD bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Banjarmasin.
Informasi tambahan mengenai struktur organisasi, portofolio proyek, dan rencana strategis perusahaan akan sangat bermanfaat.
PD Kayuh Baimbai Utama: Pelajaran dari kegagalan
Berbeda dengan dua BUMD lainnya, PD Kayuh Baimbai Utama berakhir dengan pembubaran pada tahun 2014. Kegagalan ini disebabkan oleh kerugian yang terus menerus dialami perusahaan, yang dipicu oleh berbagai penyimpangan pengelolaan keuangan.
Kasus ini menjadi pelajaran penting tentang pentingnya tata kelola yang baik, transparansi, dan akuntabilitas dalam manajemen BUMD.
Penegakan hukum terhadap para tersangka juga menjadi bukti komitmen pemerintah dalam memberantas korupsi dan memastikan pengelolaan keuangan negara yang bertanggung jawab.
Kesimpulan
Kisah ketiga BUMD ini mencerminkan kompleksitas pengelolaan BUMD di Indonesia.
Suksesnya PDAM Bandarmasih menunjukkan pentingnya investasi berkelanjutan dan adaptasi terhadap kebutuhan masyarakat yang terus berkembang.
Sementara kegagalan PD Kayuh Baimbai Utama menyoroti betapa pentingnya tata kelola yang baik, transparansi, dan akuntabilitas dalam manajemen BUMD.
Perumda PALD, dengan informasi yang masih terbatas, membutuhkan penjelasan lebih lanjut untuk menilai kontribusinya bagi pembangunan Banjarmasin.
Ketiga kisah ini memberikan pelajaran berharga bagi pemerintah daerah dalam mengelola BUMD agar dapat memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat.***
diambil dari berbagai sumber