sbn-KALIMANTAN, Kanal anjir di perbatasan Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah memiliki jejak sejarah yang panjang, mulai dari pembangunan bertahap oleh pemerintah Belanda sejak tahun 1854 hingga 1904.

TUJUAN awalnya adalah untuk menghubungkan Sungai Barito dan Sungai Kapuas Murung, sebelum pekerjaan dilanjutkan sampai tahun 1935 sebelum terhenti akibat perang dan kemerdekaan Indonesia.


Setelah kemerdekaan, kanal tersebut terus disempurnakan mulai dari era Soekarno sampai tahun 1970-an masa Soeharto, hingga akhirnya menjadi kawasan pedesaan yang ada saat ini.

Di samping itu, terdapat juga Anjir Kalampan (atau Anjir Pulang Pisau) yang memiliki panjang hanya 15 kilometer dan menembus ke Sungai Kahayan, menjadi jalur transportasi utama untuk wilayah Kalselteng sampai akhir tahun 1990-an.

Salah satu kanal tertua di Kalimantan adalah Anjir Serapat, yang dibangun pada tahun 1886 atas gagasan J.J Meijer sejak tahun 1880 dan dipimpin oleh W. Broers.

Pembangunannya dilakukan secara manual oleh warga sekitar Sungai Sarapat, dengan bantuan linggis dari lempengan baja.

Kanal ini selesai pada tahun 1890 dengan spesifikasi lebar 30 meter, panjang 28 kilometer, dan kedalaman 3 meter, yang kemudian dibagi rata 14 kilometer di masing-masing provinsi Kalsel dan Kalteng.

Pada awalnya, Anjir Serapat difungsikan untuk mengalirkan air ke 65.000 hektar lahan sawah dari tahun 1920 sampai 1962.

Seiring berjalannya waktu, fungsinya berkembang menjadi jalur transportasi penting yang menghubungkan Kuala Kapuas ke Banjarmasin.

Sepanjang kanal ini melintasi tiga kecamatan, yaitu Anjir Muara dan Anjir Pasar di wilayah Kabupaten Barito Kuala (Kalsel), serta Kapuas Timur di Kabupaten Kapuas (Kalteng).

Dokumen yang tersisa menunjukkan kondisi Anjir Serapat pada tahun 1936, menjadi bukti sejarah penting tentang pembangunan infrastruktur di Kalimantan masa kolonial.***