sbn- MANDASTANA, Ruas jalan kabupaten yang menghubungkan beberapa desa di Kecamatan Mandastana yang mengalami kerusakan akibat banjir besar tahun 2021 hingga kini belum mendapatkan perbaikan menyeluruh, membuat aktivitas sehari-hari warga terganggu.

KERUSAKAN menyebar di beberapa desa, dengan panjang sekitar 700 meter di Desa Pantai Hambawang khususnya di wilayah RT 8, dan kurang lebih 1 kilometer di Desa Tabing Rimbah.


Jalur ini menjadi akses penting bagi Desa Tabing Rimbah, Pantai Hambawang, Antasan Segera, Tatah Alayung, serta sebagai jalur menuju Desa Cahaya Baru di Kecamatan Jejangkit.

Sejak kejadian banjir empat tahun lalu, jalan tersebut konsisten terendam air pada musim hujan (Oktober hingga April).

Kondisi menjadi lebih berat ketika terjadi pasang air Sungai Alalak, dengan ketinggian genangan mencapai sekitar setengah meter.

“Setelah banjir besar tahun 2021, jalan ini selalu tergenang setiap musim hujan dan belum pernah diperbaiki secara menyeluruh dari pihak pemerintah,” kata Ardiansyah, salah satu warga Desa Pantai Hambawang.

Sebelumnya, pemerintah desa bersama masyarakat telah melakukan perbaikan swadaya dengan cara meninggikan badan jalan.

Namun upaya tersebut tidak memberikan hasil jangka panjang, karena genangan air kembali muncul ketika musim hujan tiba.

Warga mengaku telah beberapa kali mengajukan usulan perbaikan, baik melalui proposal maupun dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) tingkat kecamatan.

Proposal terbaru yang diajukan pada tanggal 5 September 2025 telah ditandatangani oleh kepala desa dari Tanipah, Tatah Alayung, Pantai Hambawang, Tabing Rimbah, dan Antasan Segera, serta telah disampaikan kepada Gubernur Kalimantan Selatan, Dinas PUPR Provinsi, Bupati Barito Kuala, dan Dinas PUPR Kabupaten.

Selain mengganggu mobilitas umum, kondisi jalan juga berdampak pada sektor pendidikan.

Anak-anak sekolah dan guru harus setiap hari melintasi jalan yang tergenang, bahkan sering terjadi kendaraan yang mogok di tengah genangan.

“Kita merasa prihatin dengan kondisi anak-anak dan guru. Mereka harus menghadapi jalan berair setiap hari, terutama saat musim hujan tinggi,” jelas Ahmad Fadli dari Desa Antasan Segera.

Siswa yang terdampak berasal dari SD Negeri Antasan Segera 1, SMP Negeri 1 dan 4 Mandastana, serta SMA Negeri 1 Mandastana.

Para warga berharap pemerintah daerah segera mengambil langkah konkret untuk melakukan perbaikan permanen agar akses antar desa dapat kembali lancar.***
sbn