suara banua news – KALTENG, Sultan Muhammad Seman adalah Sultan Banjar sekitar tahun 1862—1905.
Ia adalah anak Pangeran Antasari dan penerus perjuangan dalam mengusir bangsa penjajah di tanah Banjar.
DI ZAMAN Sultan Muhammad Seman, pemerintahan Banjar berada di Muara Teweh, dan memiliki seorang Puteri yang bernama Gusti Zalecha.

Sebelum ayahnya meninggal, Gusti Zaleha diberi cincin kesultanan dari ayahnya. Sejak itu pula dia menggantikan ayahnya sebagai pemimpin perang tertinggi, lalu diberi gelar Ratu Zaleha. Bersama sang suami, Gusti Muhammad Arsyad, Ratu Zaleha melanjutkan perjuangan ayahnya.

Ratu Zaleha dapat menghimpun kekuatan dari suku-suku Dayak Dusun, Kenyah, Ngaju, Kayan, Siang, Bakumpai, Suku Banjar. Dia berjuang bersama seorang wanita pemuka Dayak Kenyah bernama Bulan Jihad atau Wulan Djihad. Ada juga nama Illen Masidah dan lain-lain.
Dalam beberapa kesempatan adu tanding yang melibatkan Ratu Zaleha langsung berhadap-hadapan dengan pasukan Belanda. Adu tanding selalu menempatkan Ratu Zaleha di pihak pemenang dan kerap lolos atau melarikan diri dari pasukan Belanda.
Wajar bila masyarakat dan pasukannya yang melihat dan mengetahui perjuangan Ratu Zaleha, beranggapan jika dia kebal terhadap segala senjata yang menghujamnya. Dengan keteguhan hati Ratu Zaleha, ia mampu mengatasi tantangan-tantangan alam maupun serangan dari pihak lawan.
Dalam satu kesempatan Ratu Zaleha keluar melalui hutan di pedalaman Barito dengan luka tembak dan beliau menghentikan perdarahan dengan sumpalan rambut beliau yang panjang. Dengan tergesa mendatangi rumah salah seorang warga untuk meminta tempat persembunyian dan air.
Pada wilayah hutan lebat di Muara Teweh, Ratu Zaleha kemudian melakukan Shalat Dzuhur, bersama pasukannya dan beberapa tokoh perang
Ketika shalat Dzuhur berlangsung, mereka membuat formasi segitiga, di mana Pangeran Muhammad Roem memberikan perlindungan shaff para jamaah dengan ilmu batinnya. Ditambah lagi perlindungan khusus dari Ratu Zaleha dengan menancapkan latung, sejenis rotan yang menjadi senjata magis selain keris.
Latung tersebut ditancapkan di permukaan tanah, ke tiga penjuru sehingga membentuk formasi segitiga. Tanpa ada firasat apa pun, Ratu Zaleha dengan khusyu menjalankan ibadah Shalat Dzuhur tersebut yang diimami oleh Pangeran Muhammad Roem.
Setelah Shalat Dzuhur selesai, mendadak pasukan Belanda datang mengepung.
Sultan Muhammad Seman memegang pemimpin tertinggi di tanah Banjar, setelah mendapat mandat dari orang tuanya Pangeran Antasari atau
Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin, yaitu pemimpin pemerintahan, panglima perang dan pemuka agama tertinggi.
Sultan Muhammad Seman meninggal pada tahun 1905 dan makamnya ada di Puruk Cahu Kabupaten Murung Raya Kalimantan Tengah.
Sementara makam Pangeran Antasari dan Ratu Zalecha ada di Banjarmasin.***
sarbani***