SUARA BANUA NEWS.Com-KALIMAN SELATAN–HARI ini Selasa 12:Rabiul Awal 1440 H atau bertepatan dengan  20 Nopember 2018, masyarakat Kalimantan Selatan di berbagai daerah kembali melaksanakan tradisi Baayun Maulid.

Baayun Mulud adalah kegiatan mengayun bayi atau anak sambil membaca syair maulid Al Dhibai atau Barjanji serta Shalawat   sebagai bentuk rasa syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW.


Tujuan tradisi ini adalah anak-anak Banjar jika sudah besar nanti mengikuti ketauladanan Nabi Muhammad SAW dan berbakti kepada kedua orang tua..

Peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan dalam Baayun Mulud adalah ayunan yang dibuat dari kain sarung wanita atau (tapih bahalai) yang pada ujungnya diikat dengan tali/pengait.[Kain ayunan terdiri dari tiga lapis.  Lapisan paling atas adalah kain sarigading atau sasirangan (kain tenun khas Banjar)

Sefangkab tempat Ayunan dihias dengan janur pohon nipah atau pohon enau dan pohon kelapa, dan buah pisang serta  khas banjar seperti kue cucur, kue cincin, ketupat denga segala bentuk, dan hisan lainnya.

Baayun mulud memiliki syarat upacara yang disebut piduduk. Piduduk terdiri dari 3,5 liter beras, 1 gula merah, garam untuk anak laki-laki dan sedikit garam ditambah minyak goreng untuk anak perempuan.[

Banjarmasin tahun ini, ada sekitar 492 tempat Baayun Maulid disediakan Pemerintah Kota Banjarmasin yang di pusatkan di Masjid Jami Banjarmasin.

Salah satu paserta Baayun Maulid, Inur mengaku baru pertama mengikuti tradisi ini. Meski dikatakanya, dirinya sudah lama melihat tradisi Baayun Maulid. Anaknya yang berumur 7 tahun akan ikut  diayun bersama ratusan peserta lainnya..

Untuk persiapan Baayun Maulid, meski tidak dipungut biaya,  inur dan peserta lainnya membawa sendiri peralatan Baayun Maulid dan bahan persyaratan yang diperlukan.

” Ingin mencoba saja sebagai bentuk upaya melestarikan budaya atau tradisi banjar,” jelas dia.

Hal senada juga disampaikan warga Banjarmasin lainnya Ansharuddin. Dirinya ikut mendaftarkan cucunya dalam Baayun Maulid di Masjid Jami, guna melestarikan tradisi orang tua dahulu.

” Sekarang orang tua kita yang mengetahui pelaksanaan Baayun Maulid, banyak yang sudah meninggal. Dikhawatirkan tradisi ini juga akan ikut hilang,” ucapnya.

Ketimbang melaksanakan dirumah lanjutnya, Lebih baik ikut orang banyak saja. Apalagi dirinya tidak mengetahui banyak tata cara dan peralatan yang digunakan.

Sementara itu peserta Baayun Maulid yang mendaftar  sekitar 800 an orang. Peserta tertua Masnah, berusia 87 tahun dan yang termuda bayi berusia 14 hari.

Walikota Banjarmasin Ibnu Sina, mengatakan tradisi Baayun Maulid ini  sebagai bentuk  melestarikan budaya  masyakata Kalimanatan Selatan yang sudah berlangsung sejak  ratusan tahun lalu dan menambah kecintaan kita kepada Nabi Muhammad SAW.

Sebagai mana diketahui, selain di Banjarmasin, tradisi ini juga digelar diberbagai tempat, rumah serta masjid. Salah satunya komplek perumahan

Tradisi Baayun Maulid  ini bermula di Kabupaten Tapin khususnya di Desa Banua Halat, Kecamatan Tapin Utara.  Namun kemudian berkembang dan dilaksanakan di seluruh daerah Kalimantan Selatan, dan peserta Baayun Maulid sendiri tidak lagi bayii dan balita,  namun diikuti  juga oleh orang dewasa.

Bulan Rabiul Awal 1440, di Masjid Keramat Banua Halat Tapin, tradisi Baayun Maulid di ikuti tidak kuran dari 4900 orang dari berbagai tingkatan usia. Bahkan mereka yang datang berasal dari berbagai daerah diluar Kalimantan Selatan, seperti Kalimantan Tengah, Pontianak, Kalimantan Timur serta Malayasia.

“ Warga yang datang dari berbagai daerah. Itu bisa dilihat dari flat kendaraan yang dipakai warga datang ke Banua Halat. Ada dari Kalten, Pontianak dan juga Malaysia,” kujar,  Anang warga Banua Halat Tapin.