foto utama : Sungai Pangilun

suara banua news- BANJAR, Nasib Sungai Tembingkar di Desa Simpang Empat, Kertak Hanyar kabupaten Banjar, yang puluhan tahun silam berfungsi sebagai drainase alam, kondisinya makin memprihatinkan. Kini, tumbuhan semak belukar dan perumahan saling berpacu, merambah di sekitar kawasan aliran Sungai Tembingkar.


LANTAS, kapan sungai yang dulunya membantu para petani dalam mengatur tata kelola air di areal persawahan mereka tersebut, dikembalikan fungsinya sebagai drainase alam?

” Sudah saatnya Sungai Tembingkar dilakukan normalisasi. Mengingat di sekitarnya sudah banyak berdiri bagunan,” jelas Rahmad, salah satu warga setempat.

Menurut dia, kondisi Sungai Tembingkar yang kini tertutup oleh semak belukar dan tidak bisa lagi berfungsi mengalirkan tumpahan air pasang, maupun air hujan.


foto: Sungai Tembingkar

Padahal, yang kita inginkan sungai ini bisa berfungsi lagi dan bisa mengantisipasi adanya pontensi air pasang maupun banjir rob.

Kita mengapresiasi Pemko Banjarmasin, yang lebih awal melakukan normalisasi Sungai Pangilun, yang masih satu aliran dengan Sungai Tembingkar, jelas Rahmad lagi.

Namun, tanpa diikuti pembersihan Sungai Tembingkar, tata kelola air tetap tidak bisa berfungsi. Keduanya harus ada sinergi dalam mengembalikan fungsi sungai tersebut.

“Peran pembakal sangat diperlukan dalam hal ini. Setidaknya memberikan informasi kepada instansi terkait untuk di usulkan normalisasi,” tambahnya.

Kondisi sungai sudah lama sekali tidak dibersihkan, seiring berubahnya kawasan tersebut menjadi kawasan pemukiman.

” Dahulunya yang melakukan pembersihan adalah para petani. Karena sawahnya tidak berfungsi lagi, jadilah semak belukar,” imbuhnya.

Seperti diketahui, sejak zaman Belanda, Sungai Tembingkar digunakan masyarakat untuk jalur transportasi sungai, serta pengairan ke areal persawahan.

Dirinya dan masyarakat lainnya sangat berharap sekali adanya perhatian Pemerintah Kabupaten Banjar, untuk melakukan normalisasi terhadap aliran Sungai Tembingkar.****
suara banua news