suara banua news – BATOLA, Program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi) yang dicanangkan pada tahun 2019 lalu di Desa Bangkit Baru Kecamatan Mandastana, Kabupaten Batola belum berjalan sesuai yang diharapkan.
PASALNYA, tanggul penahan air yang dibuat oleh Gabungan Kelompok Tani atau Gapoktan kurang tinggi, sehingga air sungai bebas masuk ke areal persawahan petani dan mengganggu proses pembuahan padi, disebabkan tata kelola air tidak bisa diatur.

” Kurang maksimalnya pembuatan tanggul air tersebut, mengakibatkan air sungai masuk dan merendam permukaan persawahan yang berujung pada gagal panen,” ujar Hamriah, petani Desa Bangkit Baru, Kamis, (24/9/2020).

Demikian juga tanaman padi yang bisa tumbuh, namun pertumbuhannya tidak maksimal atau tidak normal, sambungnya.
Dia juga menyebutkan puluhan tahun menggarap sawahnya, baru tahun ini mengalami gagal panen.
Parahnya lagi, program serasi yang ada di Desa Bangkit Baru juga berimbas ke areal persawahan yang ada di Desa Pantai Ambawang Kecamatan Mandastana.
Hal tersebut diungkapkan Sahrin, sakah satu petani di Desa Ambawang yang mengaku hasil produksi pertaniannya di tahun ini menurun.
” Hasil pertaniannya tahun ini sangat menurun dari tahun sebelumnya. Itu lantaran air sungai dari program serasi di Desa Bangkit Baru, juga merembes ke wilayah lahan pertanian di Desa Pantai Ambawang,” ujarnya.
Atas peristiwa ini, Sahrin mengaku sudah sering melakukan koordinasi dengan instansi terkait, namun tidak ada solusinya.
Jika hal ini dibiarkan terus menerus, maka akan merugikan para petani karena tidak bisa menggarap sawahnya tidak maksimal.
Seperti petani lainnya, dirinya meminta instansi terkait untuk mengevaluasi bagunan tanggul beserta saluran drainase yang dikerjakan dalam program serasi.
” Program serasi, khususnya bangunan tanggul dan drainasenya harus dievaluasi, sehingga tata kelola pengaturan air ke areal sawah bisa teratur, sesuai keinginan petani,” imbuhnya.***
Iberahim sbn