suara banua news – MARTAPURA, Masyarakat nelayan Muara Kanoco, yang tergabung dalam Kelompok Nelayan Peduli Lingkungan Lestari ( KNPL ) binaan Yayasanan Sahabat Bekantan Indonesia ( SBI ), Minggu (18 /10/2020) melakukan prosesi “ Sedekah Sungai “, dengan melarung serahan berupa ketan kuning dan telur ke Sungai Curiak yang berada dikawasan stasiun riset bekantan yang dikelola SBI.
TUJUAN dari prosesi sedekah sungai ini, untuk menolak bala dan juga sebagai betuk rasa syukur masyarakat atas berkah sungai dengan melimpahnya hasil tangkapan ikan mereka sepanjang tahun, kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Disamping itu tradisi ini juga untuk saling mengingatkan agar masyarakat nelayan senantiasa menjaga dan merawat sungai.
Menurut Guru Sulaiman, tokoh masyarakat setempat. Larung Sungai sudah menjadi adat atau kebiasaan bagi masyarakat setempat sejak lama. “Dulunya larung sungai semacam ini dilakukan oleh para nelayan secara individu, dengan melarung serahan seadanya sesuai dengan kemampuannya. Jadi melarungnya dilakukan sendiri-sendiri, oleh yang meyakininya, dengan waktunya juga tidak bersamaan seperti sekarang ini,” jelasnya.
Tahun 2020, Masyarakat nelayan membentuk paguyuban nelayan yang diberi nama Kelompok Nelayan Peduli Lingkungan Lestari ( KNPL ). Paguyuban yang menyatukan para nelayan muara Kanoco ini sepakat untuk menjaga dan merawat sungai tempat mereka mencari nafkah, dengan tidak membuang sampah kesungai dan bersama SBI melakukan penanaman pohon mangrove rambai, sebagai tempat berpijah ikan serta udang yang menjadi ladang usaha para nelayan.
Sementara itu, ditinjau dari segi pelestarian alam, menurut pakar konservasi Doktor Sofian Iskandar dari Litbang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI. Mestarikan budaya dan adat masyarakat adalah merupakan salah satu cara untuk mendukung peleatarian alam dan lingkungan.
Arbain ketua kelompok nelayan mengatakan ; “ Kami sangat merasakan manfaat dari merawat sungai dan penanaman pohon rambai ini. Sungai terjaga dengan baik dan ikanpun berkembang biak disekitar kawasan mangrove rambai dan kami mendapatkan berkahnya, dari hasil tangkapan ikan tersebut. Kami berterimakasih dengan bu Amel dari SBI yang membina kami dalam menjaga lingkungan,“ jelas Arbain
Disisi lain Amel sebutan akrab Amalia Rezeki founder SBI, mengapresiasi atas kesadaran masyarakat dalam menjaga dan merawat lingkungannya terutama sungai sebagai urat nadi kehidupan mereka.
“ Saya meangapresiasi kesadaran yang tinggi dari masyarakat yang tergabung dalam kelompok nelayan dalam menjaga serta merawat lingkungannya, terutama sungai, melalui kearifan lokal setempat dengan tradisi sedekah sungai. Ini menarik, tidak saja dari segi budaya dan lingkungan, akan tetapi juga bisa menjadi atraksi wisata dalam meningkatkan perekonomian masyarakat “, tutur Amel kandidat doktor ilmu lingkungan dari Universitas Lambung Mangkurat.
Lebih lanjut Amel, mengatakan ; dalam ritual sedekah sungai ini, kedepannya ia akan mencari dukungan keberbagai pemangku kepentingan untuk mendukung kegiatan tersebut. Seperti dibidang perikanan hendaknya turut mendukung dengan menabur benih ikan air tawar lokal dan dibidang kepariwisataan turut mendukung untuk dijadikan event atau kalender destinasi wisata budaya Kalsel.
Sehingga secara bersamaan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat setempat serta mendukung program pembangunan ekonomi berkelanjutan oleh Pemerintah.
Maksud dan fungsi dari prosesi sedekah sungai biasanya menjurus kepada fungsi nilai kepercayaan atau agama, yaitu memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar dianugrahi hasil sungai yang melimpah dan dihindarkan dari bala selama mencari ikan disungai. Disamping itu sebagian masyarakat memiliki kepercayaan terhadap adanya penunggu sungai.
Kepercayaan sosio-kultural ini erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari aktivitas nelayan setempat, kemudian diterjemahkan melalui prosesi sedekah sungai yang penuh dengan simbol- simbol dan keagungan dari kearifan masyarakat nelayan setempat.***
ahim sbn