suara banua news -MARTAPURA, Ribuan ekor ikan yang dibudidayakan dalam keramba di Desa Mali-Mali, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, mati dalam beberapa hari terakhir.
PENYEBAB utama kematian massal ini adalah kekurangan oksigen akibat menyurutnya debit air di Riam Kanan, yang juga menyebabkan perubahan warna air sungai.
Salah seorang pembudidaya ikan keramba di Desa Mali-Mali, Mustofa Kamal, mengungkapkan kerugian yang dialaminya mencapai puluhan juta rupiah.
“Baru kemarin ikan-ikan mati, meskipun tidak semuanya. Ini karena air surut, sehingga tidak ada oksigen,” ujarnya.
Mustofa menjelaskan bahwa ikan-ikannya baru berusia tiga bulan. Kerugian yang dideritanya diperkirakan mencapai Rp50 juta. Ia berharap bisa membeli bibit baru jika ada dana.
” ini, saya tidak pernah mendapatkan bantuan dari dinas terkait saat kejadian seperti ini. Saya berharap pemerintah bisa mengalirkan air Riam Kanan ke sungai agar ikan di keramba mendapatkan oksigen,” tambahnya.
Senada dengan Mustofa, Khalisah, seorang pembudidaya ikan keramba lainnya di desa yang sama, juga mengalami kerugian puluhan juta rupiah. “Baru kemarin ikan-ikan mati, tetapi tidak semuanya.
Kematian ini disebabkan air sungai surut dan tidak mengalir. Padahal, sekitar satu bulan lagi akan dipanen. Mudah-mudahan tidak semuanya mati,” kata Khalisah dengan nada sedih.
Menanggapi kejadian ini, Kepala Bidang Perikanan Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Banjar, Bandi Chairullah, menyatakan bahwa pihaknya telah memperingatkan para pembudidaya keramba mengenai ancaman cuaca ekstrem yang tidak menentu.
“Kami mengimbau tidak hanya melalui radio maupun media sosial, tetapi juga turun langsung ke lapangan melalui kelompok-kelompok pembudidaya ikan di Karang Intan,” ungkapnya pada Kamis 12 Juni 2025.
Bandi mengakui bahwa penurunan debit air Sungai Riam Kanan hingga hampir dua meter menjadi penyebab utama kematian ikan.
“Alhamdulillah, hari ini sudah ada kenaikan debit air sungai sekitar satu meter di daerah Sungai Landas, Sungai Arfat, dan sekitarnya,” tambahnya.
Selain itu, Bandi menjelaskan bahwa rendahnya Dissolved Oxygen (DO) atau oksigen terlarut juga menjadi faktor penyebab kematian ikan.
“Rata-rata DO tersebut 0,8 mg/L, 1 mg/L, dan ada yang 1,2 mg/L sampai 1,5 mg/L. Ini merupakan indikator penyebab ikan-ikan tersebut mati,” jelasnya.
Kepadatan ikan dalam keramba juga memperparah kondisi ini, menyebabkan ikan kekurangan oksigen dan sulit bernapas.
“Estimasi ikan-ikan yang mati sampai hari ini mencapai 1,5 ton. Kami berharap dukungan dari stakeholder terkait untuk memberikan edukasi dan menjalankan imbauan kepada pembudidaya ikan keramba di Kecamatan Karang Intan dengan cara arif dan bijaksana,” lanjutnya. ***
Srf sbn


















