suara banua news – MARTAPURA, Setelah lebih dari satu dekade vakum, pameran pusaka Banjar kembali digelar. Bertajuk “Pameran Karya Agung Nusantara Wasi Pusaka Banua”, pameran ini diselenggarakan oleh komunitas WASAKA (Wasi Pusaka Banua Bomie Putra) selama tiga hari, mulai 1 hingga 3 Juli 2025 di Martapura.

PAMERAN yang jatuh di bulan Muharram ini dibuka dengan tradisi “Atur Dahar,” sebuah selamatan tahunan yang sarat makna kebersamaan dan syukur. “Atur Dahar” bukan sekadar makan bersama, tetapi mengandung filosofi spiritual dan gotong royong, jelas Yudhi, Humas DPP Ormas Wasaka.


Sebagai simbol keberkahan dan persatuan, 41 macam wadai khas Banjar disajikan untuk seluruh pengunjung.

Pameran ini menampilkan beragam pusaka Banjar, termasuk keris, tombak, dan benda-benda besi bersejarah.

Salah satu yang menarik perhatian adalah Keris Sakunta, pusaka asli peninggalan keturunan bangsawan Nagara Daha.

Keris era Majapahit dengan sentuhan pandai besi Banjar ini pernah ditawar hingga Rp 200 juta, namun tidak dilepas karena nilai sejarahnya yang tinggi.

Yudhi menjelaskan, pemesanan keris di masa lalu bukan sekadar transaksi. Pemesan harus memberi makan empu selama proses pembuatan, dan pembayaran bisa berupa beberapa ekor sapi.

Keris Banjar: Identitas budaya yang unik

Berbeda dengan keris Jawa, keris Banjar memiliki pamor (pola ukiran) dari pangkal hingga ujung, dengan pakem khas seperti Sakunta, Pandawa Carita, dan Sampana Carita.

Sebelum pengaruh budaya Jawa, wasaka (besi pusaka) Banjar umumnya sederhana, mirip pisau tradisional.

Perkembangan bentuk dan makna keris terjadi melalui akulturasi budaya, seringkali melalui perkawinan antar kerajaan.

Melestarikan, bukan memuja

Yudhi menekankan bahwa mencintai pusaka bukan bentuk kemusyrikan, melainkan penghargaan terhadap budaya, leluhur, dan sejarah perjuangan mereka, terutama masa peperangan.

Komunitas Wasaka juga siap membantu masyarakat yang ingin mengetahui usia pusaka mereka, dengan metode yang lebih praktis dan efisien dibanding mengirim ke luar negeri.

Pameran yang bangkit setelah 15 tahun

Pameran pusaka Banjar terakhir digelar pada masa Bupati Khairul Saleh, kemudian vakum sekitar 10-15 tahun.

Kini, berkat semangat kolektif komunitas pusaka, pameran kembali hadir sebagai bentuk doa, penghormatan, dan pelestarian nilai-nilai luhur Banua.***
n octaviani sbn