suara banua news- CNN Indonesia, Nama Alphonse Gabriel “Al Capone” sudah tentu tak asing di dunia kejahatan mafia. Laki-laki asal Italia itu menjadi mafia paling terkenal dalam sejarah Amerika Serikat, bahkan dunia.

CAPONE lahir dari keluarga imigran di Brooklyn, New York, pada 1989. Kedua orang tuanya, Gabriele dan Teresina Capone, datang ke Negeri Paman Sam untuk mengadu nasib. Mereka berharap kehidupan yang lebih baik di negara adidaya itu.
Al Capone hanya mengenyam pendidikan hingga kelas enam Sekolah Dasar. Ia memang memutuskan berhenti sekolah karena baku hantam dengan kepala sekolah.Ia dan delapan saudaranya tinggal di sebuah rumah petak di New York. Gabriele bekerja sebagai tukang cukur, dan Teresina menjadi penjahit. Tak ada yang menyangka bahwa Al Capone bisa menjadi gangster paling berbahaya di Amerika Serikat.


Capone kemudian bergabung dengan gangster jalanan ternama di Brooklyn yang dipimpin Johnny Torrio.

Tugas Capone ketika itu menjalankan operasi judi di dekat rumahnya. Bisnis tersebut sebelumnya memang sudah dijalankan Torrio.

Namun itu bukan menjadi satu-satunya aktivitas Capone. Ia juga bekerja di pabrik sebagai pemotong kertas. Sambil bekerja dan memantau operasi judi, sesekali ia terlibat perkelahian dengan geng lain.

Suatu malam, ia melakukan pelecehan seksual verbal kepada seorang perempuan di bar. Sontak, sang kakak meninju dan menyayat wajah Capone. Tindakan itu meninggalkan tiga bekas luka yang menginspirasi julukan dia. Pada 1917, Torrio memperkenalkan anak didiknya itu ke gangster Frankie Yale. Di tangan dia, Capone dipekerjakan sebagai bartender dan penjaga di Harvard Inn, di Coney Island. Dari sini julukan “Scarface” muncul.

Sekeras apapun jalan hidup Capone, ia tetap perlu pendamping. Di usia yang baru 19 tahun, ia memutuskan menikah dengan Mae Coughlin. Mereka dikaruniai anak laki-laki Albert Francis. Anak imigran itu berikrar akan menjalani kehidupan yang lebih baik dengan keluarga.

Tak dinyana pada 1920, kesempatan ‘emas’ datang. Torrio mengundang Capone bergabung dengan gengnya di Chicago, Colosimo. Mereka mengembangkan bisnis seperti produksi bir ilegal, penyulingan dan distribusi bir, prostitusi serta minuman keras meski saat itu sudah ada Amandemen ke-18.

Aturan itu berisi larangan untuk membuat menjual, dan mendistribusikan minuman beralkohol di Amerika Serikat dari 1920 hingga 1933, demikian dikutip Britannica.

Ketika itu Torrio fokus dengan bidang baru yang dianggap lebih menguntungkan: penyelundupan. Sebagai mantan preman dan pemegang buku kecil, Capone memamerkan kecerdasannya di Chicago di hadapan sang mentor.

Melihat pertumbuhan bisnis yang pesat, Torrio tak mau menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia juga disebut berhasil memimpin gangster itu lebih berkembang.Torrio memahami keahlian Capone dan dengan cepat menjadikan dia sebagai mitra.

Namun, pada 1925, Torrio mengalami luka yang cukup parah dalam percobaan pembunuhan. Ia memutuskan meninggalkan bisnis dan kembali ke Italia. Estafet kepemimpinan jatuh ke tangan Capone.

Sebelum angkat kaki, Torrio memberi saran agar Capone tetap rendah hati. Namun, nasihat ini diabaikan. Ia malah pindah markas ke hotel mewah di Hotel Metropole, pusat kota Chicago.

Di tempat itu, Scarface menjalani gaya hidup mewah, konsumtif dan boros. Media lokal saat itu memperkirakan Capone mendapat penghasilan $100 juta per tahun atau sekitar Rp1.4 triliun (konversi 2022).***
cnn indonesia

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here