suara banua news – INTERNASIONAL, Tel Aviv, jantung Israel, berubah menjadi medan perang. Sirene meraung tanpa henti, rudal-rudal Iran menghujani kota tanpa ampun.
MELANSIR dari Gelora News, Ledakan dahsyat mengguncang setiap sudut kota, mengubah pemandangan yang biasanya ramai menjadi hamparan puing dan kepanikan.

Warga Israel, yang selama ini menyaksikan penderitaan warga Gaza dari kejauhan, kini merasakan sendiri kengerian perang di ruang tamu mereka.

Bukan Gaza, bukan Lebanon, melainkan tanah air mereka sendiri yang menjadi sasaran serangan brutal.
Markas Mossad terbakar, rumah-rumah luluh lantah, dan hanya menyisakan puing-puing sebagai saksi bisu kehancuran.
Netanyahu, Perdana Menteri Israel, tampak tak berdaya di tengah kepungan kehancuran ini, dunia menyaksikan sisi lain Israel: korban dari ketakutannya sendiri.
Serangan rudal berhasil menembus pertahanan udara Israel yang selama ini dibanggakan.
Tel Aviv, Ramat Gan, Rishon Lezion, Haifa, Petah Tikva, dan Hebron menjadi sasaran utama.
Warga terperangkap dalam kepanikan, berlarian mencari perlindungan di bunker-bunker yang sesak.
Tangga apartemen, stasiun bawah tanah, bahkan ruang fitness bawah tanah menjadi tempat berlindung darurat.
Namun, rasa aman pun sirna ketika banyak yang terjebak di dalam bunker yang penuh sesak, sementara di luar, kobaran api dan pecahan kaca berserakan di jalanan.
Sensor ketat diberlakukan pemerintah atas dokumentasi kejadian. Unggahan video serangan rudal di media sosial langsung dihapus, dan media asing dilarang meliput langsung.
Snapchat, media populer di Timur Tengah, pun tak menayangkan aktivitas terbaru dari kawasan Tel Aviv dan sekitarnya.
Kepercayaan warga terhadap keamanan negara mereka sendiri pun runtuh.
Di balik puing-puing dan kobaran api, ada suara yang lebih sunyi namun lebih menakutkan: jeritan batin rakyat Israel.
Jumlah panggilan ke pusat bantuan trauma meningkat hingga 350 persen dalam hitungan jam setelah serangan. Serangan panik, gemetar tak terkendali, tangis histeris, dan rasa takut yang melumpuhkan menjadi gejala yang banyak dilaporkan.
Trauma nasional menyelimuti Israel, bukan hanya karena rudal Iran menghantam kota-kota besar, tetapi karena untuk pertama kalinya, warga Israel merasakan hidup dalam ketakutan total.
Media-media Israel, yang biasanya menampilkan citra kekuatan militer, kini dipenuhi gambaran tangisan, rumah runtuh, dan korban sipil. Ini adalah trauma nasional pertama Israel sejak negara itu berdiri.***