SUARA BANUA NEWS. COM,BANJAR- Kondisi Sungai Tembingkar Desa Simpang Empat Kecamatan Kertak Hanyar Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan kondisinya sangat memprihatinkan. Sungai Tembingkar yang dulunya menjadi drainase alam yang mengairi ratusan hektar lebih areal persawahan di sekitarnya, kini menjadi mati karena tertutup semak belukar dan rerumputan lainnya. Akibatnya puluhan hektar lebih areal pertanian produktif tidak bisa digarap dan dimafaatkan secara maksimal oleh para petani untuk bercocok tanam.
Sebagai salah satu wilayah penyanggah ketahanan pangan di Kabupaten Banjar, Desa Simpang Empat, terkenal dengan hasil padi lokalnya seperti Siam Unus, Karang Dukuh dan Siam Palon. Kesuburan tanah yang menjadi areal persawahan di kawasan ini karena didukung ketersediaan air yang cukup dan seimbang di Sungai Tembingkar.

Menurut pengakuan Junaidi salah seorang petani setempat, sawah miliknya sudah beberapa tahun tidak bisa dimanfaatkan untuk bercocok tanam padi lokal, menyusul tidak berfungsinya aliran Sungai Tembikar.

“Dahulu sungai Tembingkar bisa dilewati Jukung ( Perahu kecil, red) untuk membawa hasil bumi ke pasar untuk dijual. Hasil produksi padi juga berlimpah ruah. Kini setelah aliran sungai Tembingkar tertutup semak belukar, sawah sawah ikut kena imbasnya. Anehnya, pemerintah setempat tidak melakukan normalisasi terhadap sungai Tembingkar,” kata Junaidi.
Ditambakannya, selain dirinya puluhan petani lainnya juga mengalami hal yang sama dimana sawah sawah mereka juga tidak bisa dimanfaatkan sebagai ladang untuk bercocok tanam padi. Untuk itu diri dan puluhan petani lainnya mengharapkan perhatian dari pemerintah kabupaten Banjar, untuk melakukan pengerukan dan membatasi alih fungsi lahan pertanian menjadi komplek pemukiman, baik yang dilakukan pengembang swasta maupun PT. Perumnas.
Dahulunya lanjut dia lagi, di sepanjang aliran sungai Tembingkar terdapat ratusan hektar lahan pertanian produktif dan menyumbang produksi padi untuk lumbung padi kalsel. Kini lahan yang tersisa semakin menyusut menyusul alih fungsi lahan pertanian menjadi komplek pemukiman di kawasan tersebut.
Untuk itu dirinya berharap ada upaya pemerintah setempat melakukan normalisasi sungai Tembingkar untuk keseimbangan tata kelola air agar para petani bisa memanfaatkan sisa lahan pertanian produktif yang ada untuk bercocok tanam.(MJI)