SUARA BANUA NEWS.Com-BANJAR-JEMBATAN TUA berbahan kayu ulin becampur pohon kelapa di Desa Pembantanan Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, tak kunjung diperbaiki. Padahal kondisi fisik jembatan ini sudah disaksikan sejumlah pejabat pemkab Banjar, termasuk unsur pimpinan dewan setempat.
” Fungsi jembatan ini sangat penting bagi warga. Selain pintu masuk utama , Jembatan juga penghubung beberapa desa disekitarnya,” ucap Baihaki salah seorang warga Desa Pembantanan.Dia juga mengakui, kondisi rusaknya jembatan yang terbentang diatas sungai Menjangan tersebut , sudah dilaporkan dan disaksikan pejabat instansi terkait, termasuk unsur pimpinan DPRD Kabupaten Banjar.
Kini, kontruksi jembatan kondisinya sudah semakin rusak. Agar jembatan bisa tetap difungsikan, warga melakukan perbaikan seadanya dengan bahan seadanya pula, asal bisa dilintasi kendaraan roda dua, jelas Baihaki.
Ditambahkannya, janji pemerintah kabupaten Banjar, untuk memperbaiki jembatan tersebut tidak pernah direalisasikan. Padahal, sudah beberapa tahun jembatan penghubung antar desa itu rusak.
Jika saja, kondisi jembatan itu bisa diperbaiki ucap Baihaki, harga jual gabah kering para petani bisa meningkat. Karena, biaya angkutan bisa ditekan. Selama harga jual gabah kering yang dibeli pedagang hanya berkisar Rp.50 ribu perbleknya. Harga tersebut jauh di bawah harga yang berlaku di desa tetangga yang infrastrukturnya sudah bagus.
Dari ruas jalan nasional gubernur Soebarjo, posisi jembatan pembantanan hanya berjarak sekitar 400 meter.dan untuk pengangkutan material perbaikan jembatan sangat dekat sekali. Dan ini, menampik tudingan isu jarak jembatan terlalu jauh.
” Bayangkan, hasil produksi padi petani desa Pembantanan dalam setahunnya tak kurang dari 80 ribu ton. Namun sayang, tidak didukung sarana infrastrukturnya yang layak. Padahal ada 4000 an warga yang tinggal di Pembantanan , ” tandas Baihaki.
Kalau pemerintah betul-betul mau memperhatikan masyarakat, seharusnya jembatan ini segera diperbaiki. Soalnya, jembatan ini dibutuhkan oleh banyak orang, sekarang mobil tidak bisa lewat, perekonomian desa kurang lancar.
Dikatakan Baihaki lebih lanjut, di desanya ada sekolah dari SD hingga SMA, juga ada Madrasah yang sejatinya juga memanfaatkan jembatan bsik untuk menuju sekolah atau pun ke rumah, karena posisi jembatan yang strategis sehingga banyak dilalui oleh masyarakat, terutama anak sekolah dan warga yang biasa beraktivitas ke pasar tradisional.
Hal senada juga dikatakan Lukman warga Desa Sungai Pinang Baru Kecamatan Sungai Tabuk, bahwa rusaknya jembatan di desa mereka terkesan kurang diperhatikan.
Jembatan sepanjang kurang lebih 10 meter diatas muara Sungai Pinang Baru, juga tak kalah memprihatinkan. Bahkan sudah makan “korban”, warga yang melintas diatas sering terjatuh.
“Kondisi jembatan sangat bahaya, apalagi kalau saat hujan. Terlebih pada malam hari kadang ada juga motor yang lewat, apalagi tidak ada penerangan,” katanya.
Lukman juga mengatakan kalau jembatan di Desa Pembantanan itu lebih rawan lagi, karena sering terjadi musibah disana. Maklum, kondisi jembatan yang sudah rusak karena usia, juga tidak berpagar.
Berdasarkan pantauan, Sabtu (24/11/2018), dua buah jembatan selebar 3 meter yang berada di jalan poros kabupaten di dua desa tersebut mudah bergoyang dan lantainya tampak bolong-bolong.
Agar tetap bisa dilewati, warga menutupnya dengan potongan kayu galam dan batang pohon kelapa yang juga sudah lapuk.
Walau begitu, hanya pengendara motor yang bisa lewat, sedangkan pengguna mobil sudah tidak bisa melintas.
Kedua warga ini berharap, ada perhatian dari pemerintah kabupaten Banjar, termasuk adanya dukungan anggota dewan yang berasal dari dapil desanya. untuk segera melakukan perbaikan infrastruktur jalan dan jembatan di desanya.(MJI/RAH)