SUARA BANUA -BATOLA-SEJARAH lahirnya Kesultanan Banjar yang dipercaya pada 24 September 1426 seperti tergores tinta hitam pada sumber rujukan sahihnya.
DAN, BARANGKALI banyak orang tidak mengetahunya atau melupakannya, bahwa ada sosok penting di balik berdirinya kesultanan Banjar, di Kalimantan Selatan.
Perlawanan terhadap hemegoni Kerajaan Negara Daha di Margasari yang menerapkan sistem Hindu-Buddha yang menguasai Kalimantan Selatan dan sebagian Kalteng dan Kaltim.
Tak hanya berlaku di medan laga, pertempuran antara paman dan keponakan, Pangeran Tumenggung atau Raden Panjang bin Prabu Sukamara bin Maharaja Sari Kaburungan.
yang memimpin pasukan Negara Daha untuk menghadapi pasukan Bandarmasih yang dipimpin Pangeran Samudera ( Sultan Suriansyah) anak Puteri Galuh Beranakan bin Prabu Sukamara.
Dalam perang saudara ini, selain lima patih seperti Patih Masih, Patih Kuin, Patih Muhur, Patih Belitung dan Patih Balit, dua tokoh lainnya yaitu Mantri Jaya Arya dan Panglima Machmud, punya peran penting berdirinya Kesulitan Banjar di Kuin Banjarmasin.
Dua tokoh penting asal Desa Belandean Barito Kuala inilah yang menjadi juru runding serta duta fusi Pangeran Samudera.
Mantri Jaya Arya dan Panglima Machmud, mampu meyakinkan Sultan Demak Arya Trenggono untuk mengirimkan pasukannya menggempur Kerajaan Negara Daha untuk membantu pasukan Pangeran Samudera.
Sosok Mantri Jaya Arya dan Panglima Machmud yang kini bersemayan di Desa Belandean Muara, Kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan sudah sepatutnya mendapat perhatian khusus..
“Dalam sejarah suksesi kekuasaan antara paman dan ponakan, Raden Tumenggung versus Pangeran Samudera,,” kata Kepala Desa Belandean Muara, Basri.
Basri pun ingat betul silsilah Pangeran Samudera itu merupakan putra dari Raden Matri Alu bin Raden Begawan bin Maharaja Sari Kaburungan bin Surya Gangga Wangsa bin Suryanata yang bertahta di Candi Agung Amuntai,
“Raden Tumenggung merupakan saudara kandung dengan ibu Sultan Suriansyah, yaitu Puteri Galuh Baranakan. Dalam perebutan kekuasaan di Kerajaan Negara Daha itu, Raden Tumenggung bisa dikalahkan Sultan Suriansyah atas bantuan Kerajaan Demak ,” jelas Basri.
Namun, menurut dia, keberhasilan lobi politik tak boleh dinafikkan adalah tokoh pejuang di Desa Belandean bernama Panglima Machmud.
“Sebelum utusan Pangeran Samudera menghadap ke Sultan Trenggono di Demak Bintoro, Panglima Machmud sebetulnya sudah lebih awal berbicara dengan Khatib Dayan. Dia termasuk yang berhasil membujuk penguasa Pulau Jawa itu untuk mengirim pasukan ke Kuin,” tutur Basri.
Untuk mengenang jasa kedua tokoh awal berdirinya Kesultanan Banjar ini, kini makamnya dipugar dan dijadikan objek wisata religi.
“Dulu, makam Panglima Machmud dan Mantri Jaya Arya tidak sebagus sekarang. Alhamdulillah, atas bantuan dari mantan Bupati Barito Kuala Hasanuddin Murad, kedua makam ini kemudian direnovasi, hingga memudahkan masyarakat untuk berziarah,” tutur Basri.
Sebetulnya yang datang ke makam kedua tokoh ini, bukan hanya dari Kalimantan Selatan. Ada penziarah yang datang dari Sampit, Kalimantan Tengah, Nagara (Kabupaten Hulu Sungai Selatan). ***(muji setiawan)