suara banua news – BATOLA, Keinginan Kelompok Nelayan Peduli Lingkungan (KNPL) Muara Conoco – Kabupaten Barito Kuala – Kalimantan Selatan untuk mengelola kawasan mangrove rambai diwilayahnya sangat tinggi. Hal itu dibuktikannya dengan menjaga dan merawat kawasan hutan mangrove, yang banyak ditumbuhi pohon rambai.
MEREKA menyadari, bahwa selama ini hutan mangrove rambai yang tersisa sekarang, telah banyak memberikan berkah bagi kehidupan mereka sebagai nelayan sungai Barito.
“ Hutan mangrove rambai yang tersisa ini adalah wadah ikan dan udang berkembang biak, sehingga memberikan hasil tangkapan ikan dan udang yang cukup melimpah bagi kami setiap tahunnya “, ujar Arbaini selaku ketua kelompok nelayan peduli lingkungan muara Conoco.
Arbaini juga melihat potensi wisata mangrove diwilayahnya. Untuk itulah ia menghubungi Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia ( SBI ) yang mengelola konservasi bekantan dipulau Curiak, untuk bersedia membina mereka dalam menjaga lingkungan serta mengembangkan wisata mangrove untuk meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.
Rupanya gayung bersambut, SBI menerima keinginan dari kelompok nelayan tersebut. Untuk itulah diadakan beberapa kali pertemuan dan kegiatan bersama, terutama dalam menjaga lingkungan dan pelestarian alam.
Mengingat kawasan mangrove disekitar wilayah tersebut, banyak terdapat keragaman hayati, baik flora maupun fauna yang keberadaannya terancam alih fungsi.
Bersama Dinas Kehutanan dan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan dan didukung SBI, sudah beberapa kali diadakan kegiatan pembersihan sampah disungai serta penanaman rambai.
“ Kami sangat mengapresiasi teman-teman dari KNPL Muara Conoco yang selalu ikut terjun langsung dalam giat lingkungan, seperti pembersihan sampah dan penanaman pohon rambai “, jelas Amalia Rezeki founder SBI.
KNPL mempunyai inisiatif berkontribusi menjaga hutan mangrove dengan menjadikan kawasan hutan mangrove sebagai tempat ekowisata.
Berawal dari keprihatinan melihat kekayaan alam yang banyak beralih fungsi dan belum dikembangkan, maka muncul ide dari KNPL Muara Conoco.
Mereka ingin memanfaatkan lahan hutan mangrove rambai dengan mencoba mengembangkan budi daya udang galah sebagai andalannya.
Selain itu, ingin mengembangkan wisata kuliner hasil tangkapan nelayan. Berdasarkan pertimbangan itu, akan dimulai beberapa percobaan dalam pembudidayaan udang galah.
Sampai akhirnya ditemukan sistem yang tidak merusak habitat dan ekosistem hutan mangrove. Contohnya sistem Keramba Udang Galah. Jadi udang hasil tangkapan yang ukuran kecil akan dibesarkan dalam keramba apung.
Keuletan serta keseriusan KNPL Muara Conoco ini bisa diapresiasi. Mengapa demikian? Sebab ditengah aktivitas nelayan yang identik mencari ikan di sungai, mereka berhasil beradaptasi dengan lingkungan yang ada dengan menjadikan kawasan tersebut menjadi kawasan ekowisata.
Tujuannya untuk ikut memberi sumbangsih pengetahuan kepada masyarakat akan pentingnya kesadaran dalam menjaga keseimbangan ekosistem alam.
KNPL Muara Conoco bersama SBI ini berhasil melibatkan masyarakat sekitar untuk tetap menjaga hutan mangrove rambai melalui usaha kuliner ekowisata mangrove dan pengembangan pasar terapung ikan.
Mereka berbenah dan menata, serta meningkatkan kompetensi diri dan berupaya selalu untuk menumbuhkan cinta akan lingkungan terhadap hutan mangrove rambai.***
iberahim sbn