suara banua news -MARABAHAN, Merespons kerusakan jalan di Desa Tanjung Harapan, Komisi III DPRD Barito Kuala (Batola), gelar rapat dengar pendapat ( RDP), bersama Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan III, di ruang rapat komisi lantai I DPRD Kabupaten Batola, Senin 13 Nopember 2023

DALAM kesempatan tersebut, Kepala BWS Kalimantan III, I Putu Eddy Purna Wijaya menjelaskan, Jalan di Tanjung Harapan ‘sebenarnya’ adalah tanggul Daerah Irigasi Rawa (DIR).


Itu dibuat pemerintah pusat dalam rentang 1977 sampai 1980 dalam rangka menunjang sistem irigasi pertanian di Batola.

Seiring pembukaan DIR, permukiman juga berkembang di sekitar tanggul-tanggul. Selanjutnya tanggul juga banyak dimanfaatkan menjadi jalan utama.

Dari beberapa DIR yang telah dibuat di Batola, BWS Kalimantan III menangani 14 di antaranya, termasuk Handil Bakti, Tanjung Harapan, dan Jejangkit.

“Itu sebenarnya tanggul, tetapi dimanfaatkan menjadi jalan. Makanya spesifikasi material yang tersusun sudah sesuai dengan kebutuhan tanggul,” Jelas Putu Eddy.

“Namun demikian, kami tetap akan berusaha mencari solusi dan jangan sampai akses masyarakat terganggu,” sambungnya.

Adapun opsi jangka pendek yang mungkin akan dilakukan adalah pemasangan bronjong. Namun opsi ini tetap harus dikaji, mengingat struktur tanah lembek di sekitar tanggul.

Sedangkan opsi jangka panjang yang berusaha ditempuh adalah memperoleh Inpres Jalan Daerah (IJD).

Ini merupakan perbaikan jalan daerah menggunakan APBN yang diusulkan daerah kepada pemerintah pusat.

“Dijawalkan IJD tahap kedua dibuka akhir November 2023. Namun syaratnya status jalan sudah tertuang dalam surat keputusan, serta memiliki desain jalan sesuai spesifikasi Kementerian PUPR,” kata Deddy Junaidi, Kasi Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur Jalan.

Batola sendiri telah berhasil memperoleh IJD 2023 tahap pertama berupa peningkatan jalan di koridor Alalak-Mandastana.

Ruas tersebut adalah Ray 4 Desa Puntik Tengah-Desa Panca Karya sejauh 6,18 kilometer, serta Ray 6 Desa Tabing Rimbah-Rangga Surya sepanjang 8,8 kilometer.

Karakter kedua ruas jalan tersebut hampir mirip dengan Tanjung Harapan, karena sama-sama berasal dari tanggul.

IJD menjadi satu-satunya harapan, karena peningkatan jalan dengan karakter serupa membutuhkan biaya tidak sedikit.

Di sisi lain, kemampuan keuangan Batola kurang memadai untuk perbaikan semua infrastruktur dalam satu tahun anggaran.

“Pengalaman pekerjaan di Ray 4, titik longsor bertambah dari semula hanya 2 lokasi,” kata Edi Supriyadi, Kabid Bina Marga Dinas PUPR Batola.

“Penyebabnya pondasi jalan terus bergerak turun, seiring keluar masuk alat berat dan penumpukan material,” sambungnya.

Lantas untuk menopang rencana perbaikan di Tanjung Harapan, terutama mobilisasi alat berat, Pemkab Batola akan melakukan perbaikan di Ray 5 Desa Puntik Tengah sejauh 1,8 kilometer dengan biaya sekitar Rp3 miliar.

Akhirnya disepakati usulan melalui IJD dianggap lebih ideal, karena bersifat jangka panjang. Namun demikian, dibutuhkan perjuangan ekstra demi mendapatkan bantuan ini.

“Intinya kami tidak menyalahkan siapapun. Juga diyakini BWS telah bekerja sesuai perencanaan,” cetus Syarif Faisal, anggota Komisi III DPRD Batola.

“Namun harus diakui kondisi jalan di Tanjung Harapan perlu perlakuan khusus, karena material yang labil. Kalau menggunakan keuangan daerah, juga sulit lantaran akan menghabiskan anggaran sebesar Rp77 miliar,” Kata Syarif Faisal.***
ahim sbn

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here