suara banua news – TAPIN, Sebanyak 564 hektare sawah rakyat akan dicetak Pemerintah Daerah Kabupaten Tapin, guna memberdayakan petani milenial di daerah ini untuk memperkuat sektor pertanian.

CETAK sawah rakyat ini berlokasi di Bitahan dan Desa Binderang serta Desa Lokpaikat Kecamatan Lokpaikat Kabupaten Tapin.


” Program ini tidak hanya bertujuan meningkatkan produksi hasil pertanian, melainkan juga memberdayakan generasi muda,” jelas Kpala Dinas Pertanian Kabupaten Tapin, Mohammad Tri Asmoro.

Setiap hektar sawah rakyat ini, akan dikelola oleh 15 petani milenial, dalam upaya pemerintah memberdayakan anak muda di daerah.

Dalam hal ini, pemilik sawah tetap berpartisipasi dengan sistem bagi hasil dengan mendapatkan 30 persen dari produksi hasil pertanian. Sedangkan 70 persen menjadi hak petani milenial sebagai pengelola lahan.

“Sistem bagi hasil ini dirancang untuk menciptakan harmoni antara pemilik ldan penggarap lahan,” sambungnya.

Untuk meningkatkan produksi hasil pertanian, pemerintah daerah akan memberikan bantuan berupa sarana produksi pertanian kepada petani dalam mendorong penggunaan teknologi dan praktik pertanian yang lebih modern,

“Ini adalah kesempatan yang bagus untuk meningkatkan kesejahteraan pemilik lahan dan penggarap, sekaligus memperkuat ketahanan pangan daerah,” lanjutnya

Keterlibatan petani milenial membawa harapan baru bagi regenerasi sektor pertanian yang selama ini kerap dianggap kurang menarik bagi anak muda.

Kemudian dalam program CSR ini menjadi bukti bahwa sektor agraria masih memiliki potensi besar untuk digarap dengan pendekatan yang lebih modern dan inklusif.

“Jika CSR ini berhasil tidak hanya membawa manfaat lokal, tetapi juga dapat menjadi model bagi daerah lain di Indonesia,” tutupnya.

Sebelumnya, Kementerian Pertanian mengajak anak muda untuk menjadi petani lewat program petani milenial.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengungkapkan proyeksi pendapatan di sektor pertanian ini bisa di atas gaji rata-rata pegawai kantoran pada umumnya yakni minimal Rp10 juta.

Mentan Amran mengatakan banyak generasi milenial yang berminat mengikuti program petani milenial tersebut termasuk bergabung dalam program cetak sawah dan pertanian modern yang ada di Kalimantan Selatan.

Menurutnya, hal ini karena pemerintah terus melakukan intervensi teknologi mekanisasi sebagai upaya mentransformasi pertanian tradisional ke modern.

“Pemerintah telah menyesuaikan (diri) dengan minat petani milenial, yaitu bertani tapi tidak kotor. Dan yang lebih penting bertani mampu menghasilkan keuntungan 2-3 kali lipat,” jelasnya.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here