SUARA BANUA NEWS–Di tengah antrean lama calon jemaah yang harus menunggu hingga tahun 2060 mendatang. Sebanyak 520 alokasi haji tahun ini tidak terpakai dari kuota 214.000 orang.
DIREKTUR Pelayanan Haji Dalam Negeri, Kementerian Agama, Muhajirin Yanis, menyebut kuota tak terisi tersebut karena “jemaah haji yang batal atau menunda keberangkatan”.
Anggota komisi yang membidangi agama di DPR mengatakan, pemerintah perlu membuat kloter cadangan untuk mengisi kuota tak terpakai ini. Demikian yang dilaporkan BBC News Indonnesia.

Salah seorang calon jemaah yang menanti berangkat ke tanah suci adalah Sugiarti, 61 tahun, dan suaminya yang mendaftar haji pada 2014 lalu.

Sesuai aturan yang ada, warga Depok, Jawa Barat ini diperkirakan baru berangkat ke tanah suci pada 2024 mendatang.
Dalam penantian lama, Sugiarti harus merawat kesehatan demi menuaikan ibadah.
“Karena menurut informasi yang kita terima dari guru saya, nomor satu persiapan diri jangan uangnya dulu tapi kesehatannya dulu,” kata Sugiarti.
Saat ditanyai mengenai kuota haji yang tersisa tahun ini, Sugiarti sangat berharap dirinya bisa mengisi kursi tersebut.
“Karena untuk saya pribadi, karena sudah pensiun, saya jalani nomor satu itu ibadah, saya usianya sudah tua apalagi yang saya fokuskan. Sudah bersama suami kita hanya mencari alam kita nantinya ke sana,” katanya.
Cerita lain adalah dari Ahmadi (60) dan istrinya yang sejak 2011 mendaftar haji, tapi sampai tahun ini juga belum berangkat ke Mekkah. Ahmadi mengaku sudah pasrah dengan penantian hampir 10 tahun.
“Saya hanya mengikuti air mengalir saja. Kalau disuruh berangkat, ya berangkat. Terserah yang mengatur, kalau nanti memang Allah menghendaki berangkat duluan. Saya serahkan ke Yang Maha Kuasa,” kata warga Madiun, Jawa Timur.
Sebagai pensiunan, Ahmadi juga terus merawat kesehatan, supaya ada umur panjang untuk pergi haji.
“Makan saya jaga. Yang mengandung kolesterol, banyak gula, itu saya kurangi,” katanya.
Sugiarti dan Ahmadi merupakan calon Jemaah haji yang berharap bisa segera berangkat ke tanah suci.
Bagi mereka, tiap satu kursi kuota jemaah haji yang tak terpakai tiap tahun sangatlah berarti.
Mengapa terjadi kuota haji tak terserap?
Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel
mempertanyakan kuota yang tak terpakai ini walaupun diberi tambahan oleh Arab Saudi.
Pada 2016 lalu, kuota tak terisi sebanyak 760 kursi. Jumlahnya meningkat pada 2017 menjadi 935 kursi dan dalam dua tahun terakhir menurun 659 kursi (2018) dan 520 kursi (2019).
“Nanti kalau ditanya Arab Saudi bagaimana jawabnya? Kamu saya kasih kok enggak dipakai?” kata Agus.
Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri, Kementerian Agama, Muhajirin Yanis, menyebut kursi kosong jemaah haji tidak bisa diisi segera karena proses pengurusan dokumentasi yang perlu waktu.
“Sehingga menyebabkan ada kursi kosong dan jumlah tidak sepenuhnya 100%. Hal ini terjadi ketika jemaah ada yang sakit, kemudian ada yang hamil, pada saat-saat sudah harus berangkat, bahkan ada yang sudah masuk Jemaah haji, ada yang meninggal,” kata Muhajirin Yanis.
“Kalau sudah di saat terakhir, ini juga terkait ketika harus mengganti dengan orang-orang, atau Jemaah yang kita siapkan itu juga terkait penyelesaian dokumen-dokumen yang ada,” katanya.
Lebih lanjut, Muhajirin mengatakan Kementerian Agama akan membicarakan hal ini dengan Pemerintah Arab Saudi supaya ke depan ‘kuota mubazir’ tetap bisa diisi Jemaah haji.
Sementara itu, anggota Komisi Agama DPR, Diah Pitaloka melihat kuota haji yang tidak terserap sudah jadi tren tahunan. Ia mengusulkan pemerintah membuat kloter cadangan.
“Kalau ada yang gagal berangkat, kloter inilah yang mengisi itu,” kata Diah.
Lebih lanjut Diah mengatakan, komisinya bersama Kementerian Agama bakal mengevaluasi secara keseluruhan kuota tak terpakai ini.
Tahun ini, Kementerian Agama mencatat seluruh kuota haji regular tahun ini sebanyak 214.000 orang yang berasal dari kuota utama (204.000) dan kuota tambahan (10.000).
sumber : BBC News Indonnesia
foto : Antara