suara banua news- BATOLA, Kondisi rumah Muhammad Yusuf (66) warga Desa Anjir Serapat Baru Kecamatan Anjir Muara, Kabupaten Batola, sungguh jauh dari kata layak. Atap dan dindingnyanya sudah banyak yang rusak dan nyaris tak berbentuk rumah. Bila musim penghujan tiba, dirinya terpaksa mencari bagian rumah yang aman untuk berteduh.

DI RUMAHNYA ini Muhammad Yusuf tinggal sendirian, penghasilannya sebagai penjual abu gosok hanya cukup makan sehari-hari, sehingga tak mungkin bisa membeli bahan bangunan untuk memperbaiki tempat tinggalnya.


Rumah reyot kakek Muhammad Yusuf, nampaknya luput dari perhatian pemerintah dengan program bedah rumahnya.

Rumah kayu ukuran sekitar 3 x 4 meter, dengan atap dan dinding nyaris tidak ada lagi ini hanya menjadi obyek pemandangan miris dan pilu di Desa Anjir Serapat Baru.

Program PKH atau bantuan pangan non tunai (BPNT) dari pemerintah pusat yang digelontorkan bagi warga miskin, juga tidak pernah didapatnya.

“Tidak ada (bantuan dari pemerintah yang diterima),” ujar Muhammad Yusuf.

Ketika pandemi Covid-19 yang mendorong Desa membantu warga terdampak virus Corona, baru ia bisa menikmati bantuan pemerintah berupa BLT Dana Desa sebesar Rp.600 ribu.

Kerusakan rumahnya sudah terjadi sejak tahun 2014 dan sejak itu tidak ada bantuan perbaikan, termasuk program bedah rumah, cerita Yusuf.

Menurut Kades Anjir Serapat Baru Ahmad Yani mengatakan, usulan perbaikan rumah muhammad yusuf yang memprihatinkan itu sudah sering disampaikan ke pihak kabupaten, namun masih belum ada tanggapan.

Sementara untuk tahun 2020 ini pemerintahan desa sudah menganggarkan dana desa untuk perbaikan rumah muhammad yusuf yang kini sudah tak layak huni itu.

Sayangnya, sebelum sempat dilakukan perbaikan, dana desa keburu ada pemangkasan menyusul pandemi virus corona untuk BLT dana desa yang disalurkan bagi warga terdampak pandemi.***
ahim sbn

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here