SUARA BANUA NEWS. Com. KALIMANTAN SELATAN–  Pemerintah memberikan gelar pahlawan nasional kepada enam tokoh dari berbagai daerah di Indonesia pada Hari Pahlawan, 10 November 2018. Pemberian gelar tersebut dilakukan di Istana Negara Jakarta  Oleh Presiden Joko Widodo, Kamis (8/11/3018)

Salah satu tokoh yang  diberi gelar pahlawan nasional, yaitu Pangeran Mohammad Noor asal Kalimantan Selatan  yang juga Gubernur Pertama Kalimantan sebelum dimekarkan menjadi beberapa privinsi.


Pangeran Mohammad Noor terlahir dari keluarga bangsawan banjar  Kalimantan Selatan, yang merupakan buyut dari Sultan Adam Al Watsiq Billah. Ayahnya Pangeran Mohammad Ali bin Ratoe Anoem Mangkoe Boemi  Kentjana atau Pangeran Noech adalah wakil Kalimantan di Volksraad di masa Kolonial Hindia Belanda dan digantikannya pada periode 1935-1939.

Pada masa penjajahan pria kelahiran Martapura  Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan, 24 Juni 1901 ini dikenal sebagai pejuang kemerdekaan di tanah Borneo.(Kalimantan) sebagai.tokoh pemersatu  pasukan pejuang ke dalam basis perjuangan bernama Divisi IV ALRI Pertahanan Kalimantan. Pasukan ini berada di bawah pimpinan Hasan Basry. Hasan merupakan anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dan juga pahlawan nasional.

Proyek Waduk Riam Kanan Kalimantan Selatan

Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, Mohammad Noor juga pernah menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum. Lulusan Technische Hoogeschool te Bandoeng (THS) tahun 1927 ini turut meloloskan sejumlah proyek besar dalam membangun Indonesia seperti proyek Waduk Riam Kanan di Kalimantan Selatan dan proyek Waduk Karangkates di Jawa Timur. Kini, Waduk Riam Kanan dinamai dengan nama Waduk Ir. H. Pangeran Mohammad Noor.

Pangeran Mohammad Noor wafat di Jakarta pada 15 Januari 1979 dan dikebumikan di TPU Karet Bivak. Namun pada tahun 2010, makam Noor dan istrinya dipindahkan ke Martapura atas kesepakatan keluarga. Dia dan istrinya dimakamkan kembali di kompleks pemakaman Sultan Adam Martapura dengan upacara militer.

Selain Pangeran Muhammad Noor, penghargaan pahlawan nasional juga diberikan kepada 5 tokoh naional lainnya, yaitu Abdurahman Bawesdan (jurnalis dan diplomat, terlahir di Jogjakarta, Dipati Amir Bangka Belitung, Agung Hajjah Andi Depu Sulawesi Barat,  Brigjen. KH.Syam,un Banten dan Mr. Kasman Singodimedjo Jawa Tengah.

Penganugerahan Pahlawan Nasional ini berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 123/TK/tahun 2018 Tentang Penganugerahan Pahlawan Nasional.

Tubin Proyek Waduk Riam Kanan

Selain Pangeran Muhammad Noor, penghargaan pahlawan nasional juga diberikan kepada 5 tokoh naional lainnya, yaitu Abdurahman Bawesdan (jurnalis dan diplomat, terlahir di Jogjakarta, Dipati Amir Bangka Belitung, Agung Hajjah Andi Depu Sulawesi Barat,  Brigjen. KH.Syam,un Banten dan Mr. Kasman Singodimedjo Jawa Tengah.

Penganugerahan Pahlawan Nasional ini berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 123/TK/tahun 2018 Tentang Penganugerahan Pahlawan Nasional

ALAT BERAT : Alat berat yang didatangkan dari Jepang ini khusus untuk pengerjaan proyek waduk Riam Kanan

Masa Perjuangan

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945, ternyata belum bisa diterima Belanda yang sebetulnya sudah menyerah dari tentara Jepang di wilayah Hindia-Belanda tahun 1942  Oleh karenanya Belanda  terus berupaya   menancapkan lagi kekuasaannya pasca kemerdekaan RI tersebut.

Jepang masuk ke wilayah Hindia-Belanda salah satunya melalui wilayah timur Kalimantan  pada awal 1942. Bor Pulau Kalimantan.

Di bawah pimpinan Sukarno dan Mohammad Hatta  mulai  menyusun struktur pemerintahan tingkat daerah. Wilayah Kalimantan waktu itu belum dibagi menjadi beberapa daerah dan dikepalai oleh seorang gubernur, yaitu Pangeran Mohammad Noor.

Sebelum kemerdekaan RI, Pangeran Mohammad  Noor juga terlibat dalam Badan Penyelidik Upaya Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) Indonesia dan juga Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sebelumnya dia merupakan anggota Volksraad (parlemen pada era kolonial) pada 1931-1939.

“Salah satu andil Pangeran M uhammadv Noor adalah menyokong bentuk negara kesatuan berbentuk republik, bukan federal. Pangeran Mohammad Noor juga turut serta berjuang lewat jalur militer dalam upaya menggagalkan pembentukan negara Borneo oleh Van Mook di tahun-tahun berikutnya,” papar Prof Helius Sjamsuddin

Meski pemerintahan Kalimantan saat awal kemerdekaan berpusat di Jogyakarta, namun strategi Pangeran Mohammad  Noor terbukti mampu mengusir tentara Belanda yang mencoba mendekat.

 

Ir. Pangeran Mohammad Noor

Menurut Prof Helius Sjamsuddin lagi, Belanda lewat NICA (Netherlands Indie Civil Administration) menyusup ke Kalimantan dan Indonesia timur dengan mendompleng pasukan Australia. Tokoh pimpinan tentara Belanda saat itu adalah Dr. H.J. van Mook.

Di kemudian hari, Van Mook menawarkan konsep federalisme untuk kembali bercokol di Indonesia. “Tapi tak semua muslihat itu diamini, sehingga muncul perlawanan-perlawanan di berbagai daerah,” sebut Helius dalam makalahnya, Kiprah Perjuangan dan Pengabdian Ir Pangeran Mohamad Noor dalam Dinamika Sejarah Bangsa.

Pangeran Mohammad Noor kemudian berkirim surat kepada KSAU saat itu, Komodor Udara Suryadi Suryadarma. Pangeran Mohammad Noor meminta bantuan pasukan penerjun payung untuk membantu perjuangan rakyat Kalimantan. Tak hanya itu, pasukan tersebut juga diminta membuat stasiun radio guna memperlancar komunikasi ke Jogyakarta.

Suryadarma langsung menyanggupi permintaan Pangeran Mohammad Noor tersebut. Sebanyak 12 orang disiapkan untuk diterjunkan ke Kalimantan. Mayor Udara Tjilik Riwoet ditunjuk untuk mempersiapkan prajurit-prajurit AURI yang akan diterjunkan.

Dengan pesawat Dakota RI-002 yang diterbangkan Bob Freeberg dan kopilot Opsir Udara III Suhodo, pada 17 oktober 1947 dinihari pesawat itu take off dari Pangkalan Udara Maguwo, terbang menuju Kalimantan.

Penerjunan pertama di Kalimantan itu berlangsung pada 17 Oktober 1947 yang kemudian diperingati sebagai Hari Pasukan Khas (Paskhas) TNI AU. Sebelumnya nama dari kesatuan tersebut adalah Pasukan Gerak Tjepat (PGT).

Pesawat yang membawa para penerjun payung itu kini dipajang di Bundaran Pancasila, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Adapun Pangkalan Udara Iskandar diambil dari nama salah satu penerjun yang gugur kala itu.

Keterlibatan Pangeran Mohammad Noor dalam perjuangan mempertahankan NKRI lewat jalur militer tak cuma itu. Sebelumnya sebagai gubernur Kalimantan yang berpusat di Jogyakarta, dia mengirim rombongan ekspedisi Rahadi Usman ke Kalimantan Barat (1945), mengirim rombongan ekspedisi Firmansyah, Kapten Mulyono, Mustafa Ideham ke Kalimantan Selatan; Tjilik Riwut ke Kalimantan Tengah (1946) dan pembentukan pasukan MN 1001.

Pasukan MN 1001 merupakan kelompok gerilya dengan jumlah pasukan dan kemampuan penguasaan wilayah terbesar kedua setelah ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan pada masa Perang Kemerdekaan Indonesia di Kalimantan Selatan 1945-1949. MN 1001 dibentuk di Jogyakarta pada 20 Oktober 1945 oleh Pangeran Mohammad Noor sebagai bagian dari TRI. Arti MN 1001 adalah “Pasukan Mohammad Noor dengan seribu satu akal atau jalan” untuk mencapai kemerdekaan bagi Pulau Kalimantan.

“Bapak Pangeran Mohammad Noor lah yang mengkoordinir semua perjuangan, mengatur siasat perjuangan untuk merebut Kalimantan dari tangan penjajah,” tulis mantan Komandan Pasukan MN 1001 Mayor Tjilik Riwut dalam buku Ir PM Noor, Teruskan Gawi Kita Balum Tuntung.

Pada masa awal pemerintahan Sukarno, Pangerab Mohammad Noor juga Technisce Hooge School Bandung didapuk menjadi Wakil Menteri Perhubungan dan Pekerjaan Umum periode 1945-1950. Pangeran Mohammad Noor kemudian menjadi Menteri Pekerjaan Umum pada masa Kabinet Ali Sostroamidjojo tahun 1956-1959.

Membangun Bendungaln atau waduk  Riam Kanan Kalimantan Selatan adalah Buah karyanya. Selain Waduk Karangkates di Jawa Timur,  serta proyek Pasang Surut di Sumatera,

Pangeran Mohammad Noor dan Mohammad Hatta berada dalam situasi berbahaya di langit Kalimantan. Pesawat yang mereka tumpangi berisiko ditembak pesawat pembom Sekutu.

Peristiwa itu bermula saat Gubernur Kalimantan itu masih menjadi satu dari 62 anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Saat itu dia hendak menjalankan tugas rahasia menyelidiki tanah kelahirannya. Misi ini bertajuk “Operasi Kalimantan”.

Pangeran Mohammad Noor datang menemui Bung Hatta di Hotel Oranje Surabaya, Jawa Timur. Dia mengajak Hatta untuk terbang ke Banjarmasin menjalankan Operasi Kalimantan itu.

Mereka terbang menggunakan pesawat angkut angkatan laut Jepang ke Banjarmasin. Di  dalam pesawat  yang sama ternyata ada Panglima Tertinggi Angkatan Laut Jepang untuk Asia Tenggara, Admiral Shibata.

Keberadaan panglima  ini mengkhawatirkan  bakal diberondong tembakan oleh Sekutu yang menguasai Kalimantan. Mereka hanya bisa berharap, semoga Sekutu tidak tahu bahwa dalam pesawat ini ada Admiral Shibata.

Pesawat tak bisa mendarat ke Banjarmasin karena bandaranya sedang dibom oleh pesawat B28 milik Sekutu. Pesawat yang mereka naiki hanya berputar-putar di atas laut selatan Sampit Kalimantan Tengah, menunggu keadaan aman. Mereka menunggu B28 pergi dulu sebelum bisa beranjak dari atas laut selatan Sampit.

Sebelum bahan bakar pesawat yang dinaiki Pamgeran Mohammad Noor dan Bung Hatta habis, pesawat sekutu B28 sudah pergi.  Dua tokoh penting itu akhirnya berhasil mendarat dengan selamat di lapangan terbang dekat Pelaihari Kabupaten Tanah Laut, sekitar 60 km dari Banjarmasin.

“Syukur Alhamdulillah, Tuhan Yang Maha Esa melindungi perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, Bung Hatta terhindar dari marabahaya,” demikian kata Pangeran Mohammad  Noor.

Pangeran Mohammad Noor mengungkapan kelegaannya, bahwa mereka baru saja “lolos dari maut”. Peristiwa ini terjadi setelah penyusunan Mukadimah Undang-Undang Dasar 1945 selesai tanggal 16 Juli 1945.

Malam harinya, Pangeran Mohammad Noor dan Hatta mengadakan rapat umum di Bioskop Rex, dihadiri rakyat dari berbagai penjuru Kalimantan. Bioskop menjadi penuh sesak. Saat rapat hendak dimulai, sirine tanda bahaya meraung merespon kabar Balikpapan dibom Sekutu. Pagi harinya, kawasan Gubernuran Banjarmasin dibom.

Selama  masa jabatanya sebagai gubernur Kalimantan 19 Agustus 1945,  dia  berkantor di Jogyakarta tanpa bisa ke Banjarmasin karena Belanda mengontrol seluruh Banjarmasin. Namun dari Jogyakarta, Pangeran Mohammad  Noor menyusun ekspedisi militer ke Banjarmasin.

Pangeran Mohammad Noor telah berjuang bersama-sama rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan. Perjuangan itu telah dimulai sejak ia masih kuliah di THS Bandung. Ia ikut terlibat menjadi anggota Jong Islamieten Bond. Sebuah organisasi kepemudaan yang ikut berjuang menyatukan gerakan pemuda yang masih berbeda-beda visinya menjadi satu visi, yaitu: Indonesia merdeka. Dalam rangka mempertahankan kemerdekaan, sebagai Gubernur Kalimantan yang berkedudukan di Jogyakarta, ia melakukan pelatihan militer kepada para pemuda Kalimantan untuk kemudian diterjunkan ke medan perang menghadapi Belanda di Kalimantan.

Setelah menjadi gubernur, Pangeran Mohammad Noor melakukan perkejaan yang banyak membawa kemajuan pembangunan di Kalimantan secara keseluruhan dan khususnya Kalimantan Selatan. Atas kerja keras dan pengabdiannya Kalimantan mengalami kemajuan.***( Diambil dari berbagai sumber)

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here