SUARA BANUA NEWS – MARTAPURA – DINAS  Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banjar menurunkan tim ahli terkait keberadaan sebuah makam tua yang berada di komplek pemakaman bong China Tanjung Rema Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar, Makam tua tersebut diperkirakan berusia ratusan tahun.

KEPALA Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banjar, Haris Rifani mengatakan tim ahli yang diminta pihaknya tersebut adalah tim arkeologi atau kepurbakalaan. “Enam orang tim ahli sudah kita minta untuk meneliti makam tua tersebut bersama petugas dari arkeolog atau kepurbakalaan,” ujarnya saat berada di lokasi makam, Senin (1/4/2019),


Ditambahkan Haris, jika nanti tim ahli menyimpulkan makam tua itu memenuhi syarat untuk dijadikan situs cagar budaya baik secara usianya maupun historynya, maka Disbudpar Banjar akan melakukan langkah untuk memeliharanya.

Untuk saat ini pihaknya masih menunggu hasil penelitian dari tim ahli bersama tim Arkeolog, sebelum mengambil kebijakan selanjutnya, paparnya Haris Rifani.

Baca juga  : Era Digital, TIK Sudah Menjadi Keharusan

Seperti diketahui, makam tua dengan arsitektur China ini diperkirakan sudah ada sebelum pemindahan kuburan China di Jalan Akhmad Yani yang sekarang berdiri Kantor Kejaksaan Negeri Martapura, sekitar tahun 1975 lalu.

“ Makam tua tersebut sudah ada sebelum pemindahan kuburan China dilokasi yang sekarang berdiri Kantor Kejaksaan Negeri Martapura, di kawasan Jalan Akhmad Yani,” ungkap Husin penjaga kuburan China.

Dikisahkannya, awalnya dilokasi bong China tersebut hanya ada beberapa makam yaitu makam tua dengan gaya arsitektur masyarakat China, berupa ornamen dua singa yang melambangkan penjaga, ornamen bunga teratai serta kolam berukuran diameter 8 meter. Satu lagi berdekatan ada makam yang bentuknya mirip kuburan muslim.

“Dulunya cuma ada beberapa makam disini yaitu makam tua yang disebelahnya juga ada makam seorang muslim yang belakangan diketahui keturunan Tionghoa bernama N.Katung atau Siti Aisyah,” ceritanya.

Baca jua  : PTPS Diminta Bekerja Profesional Di Lapangan

Ketua Yayasan Persatuan Penolong Kematian atau Perpek Martapura, Mahrudin Hasan atau Ian mengungkapkan pihaknya sempat meneliti makam tua tersebut dengan mengirim tulisan yang ada dibatu nisan namun ada beberapa tulisan yang sudah rusak akibat usia sehingga sulit diterjemahkan.

“Kami sempat meneliti untuk mengetahui identitas kuburan tua tersebut dengan mengirim tulisan yang ada dibatu nisan. Namun karena sebagian dari tulisan itu rusak disebabkan usia, maka sulit diterjemahkan. Sementara era tahunnya terbaca sekitar tahun 1800an,” ungkapnya.

Untuk makam muslim yang berada disamping makam tua yang diketahui bernama N.Katung atau Siti Aisyah, setelah pihak yayasan mencari informasi ke Dalam Pagar Kecamatan Martapura Timur.

“Siti Aisyah atau N.katung merupakan warga Tionghoa muslim. Identitas itu kami dapat dari informasi warga Dalam Pagar Martapura, yang masih ada kerabat dan mengetahui silsilahnya,” jelasnya Mahrudin Hasan.

Sementara itu, khabar yang beredar di masyarakat bahwa makam tua tersebut adalah makamnya Syekh Mahmud bin Latief yang masih kerabat dekat dengan Go hwat Neo atau tuan Go Hwat istri Syekh Arsyad Albanjari pengarang Kitab Sabilal Muhtadin.

Mahmud bin Latief sendiri diceritakan adalah seorang muslim keturunan Tionghoa. Sedangkan N.Katung atau Siti Aisyah adalah kerabat dekatnya yang selalu membantu semua urusan Mahmud bin Latief hingga akhir hayatnya. (ms/rh)****

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here