suara banua news – BANJARMASIN, Kepala Dinas Perdagangan Kalimantan Selatan Birhasani, mengatakan menipisnya stok gula pasir selama dua pekan terakhir disebabkan kurangnya pasokan bahan baku untuk di olah menjadi gula, yaitu tebu.
“KARENA ini musim peralihan dari musim panas ke musim hujan, atau masu musim tanam tebu, maka.pasokan bahan bakunya berkurang, sehingga berdampak pada menipisnya peoduksi. Sementara permintaan pasar tetap stabil,” jelas Birhasani, diruang kerjanya Rabu (29/01/2020)
Akibat kurangnya pasokan bahan.baku untuk.gula itu tambahnya, berakibat kurangnya produksi gula pasir dan memicu kenaikan harga gula di pasaran.
Tak hanya itu, dampaknya sudah dirasakan di Kalimantan Selatan. Bahkan harga tertinggi gula putih ini sudah mencapai Rp. 14 ribu perkilogramnya. Dimana harga normalnya yaitu Rp. 12 ribu perkilogramnya.
Mengatasi lonjakan harga gula pasir, Dinas Perdagangan sudah melakukan koordinasi serta konsultasi dengan Direktorat Jendral Perdagangan Dalam Negeri.
” Koordinasi kami langsung ditanggapi langsung kementerian. Pak direkturnya berupaya mencari jalan keluarnya Pertama ingin membuktikan kebenaran stok gula di gudang distributor ketersediannya benar-benar menipis, serta telah melakukan oertemuan kepada seluruh distribotor dan produsen gula se Indonesia pada tanggal 14 Januari yang lalu”
” Dan dihimbau untuk segera mendistribusikan gula yang ada digudang gudang mereka ke daerah daerah untuk mengatasi gejolak harga, terutama daerah yang ketersediaannya menipis, ” terang Kepala.Dinas Perdagangan Provinsi Kalimantan Selatan ini.
Birhasani, juga mengungkapkan kalau pihaknya sudah melakukan pendataan pada hari Kamis dan jumat lalu, ketersedian pasokan khususnya gula di Kalsel masih tersedia untuk satu bulan kedepan.
” Tapi ini terus bergulir, yang ada terus keluar sehingga mengakibatkan ketersediaanya menipis, sehingga dikhawatirkan kenaikan harga yang lebih tinggi,” imbuhnya.***
fitriana handayani sbn
***