suara banua news – BANJARMASIN,
Dalam rangka memperingati World Wildlife Day ( Hari Kehidupan Alam Liar Sedunia) yang jatuh setiap tanggal 3 Maret, Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia ( SBI ) kembali gaungkan Program “ Buy Back Land For Wildlife Consevation “, sejengkal demi sejengkal SBI beli kembali lahan yang dulunya merupakan hutan mangrove dan habitat Bekantan serta keragaman hayati lahan basah lainnya, untuk direstorasi serta ditanam kembali pohon rambai.
“ Bagi kami mustahil menyelamatkan kehidupan alam liar, seperti Bekantan tanpa menyelamatkan habitatnya. Kami sadar kami tidak memiliki uang untuk membeli lahan tersebut. Tapi kami punya spirit dan komitmen yang kuat serta teman-teman yang dengan tulus membantu. Alhamdulillah dengan segala keterbatasan, sedikit demi sedikit telah kami hutankan kembali kawasan yang dulu dialih fungsikan. Kini mulai tampak kehidupan liar yang menghuni kawasan tersebut”, jelas Amalia Rezeki founder SBI.
Dukungan yang luar biasa untuk Hari Alam Liar Sedunia telah datang dari negara-negara di seluruh seluruh dunia dan banyak orang berkomitmen untuk perlindungan tumbuhan dan satwa liar.
Hari Alam Liar Sedunia memberi masyarakat internasional, hari untuk merayakan kehidupan alam liar, untuk merefleksikan hubungan antara manusia dengan tumbuhan dan satwa liar, serta untuk menemukan peta masa depan yang lestari dimana orang-orang dan kehidupan alam liar dapat hidup berdampingan secara harmonis.
Namu demikian ancaman terhadap tumbuhan dan satwa liar sampai sekarang masih besar. Masyarakat dunia saat itu menekankan pada upaya mengakhiri perdagangan tumbuhan dan satwa liar ilegal. Padahal sekarang ancaman terbesar atas keberadaan tumbuhan dan satwa liar adalah kebakaran hutan dan alih fungsi lahan yang sangat masif.
Hampir tiap minggu SBI menerima laporan konflik satwa liar dengan masyarakat lokal, akibat satwa memasuki area pemukiman dan perkebunan warga. Dalam dua bulan ini saja sudah ada sekitar 8 kali terjadi satwa liar yang jadi korban tersengat aliran listrik dan tertabrak kendaraan bermotor, ketika melintas dipemukiman dan jalan umum.
Kisah pilu tentang simonyet berhidung mancung ini sepertinya akan terus berlanjut, jika tidak dilakukan penanganan dengan serius.
“ Hari ini tepat tanggal 3 Maret 2020, disaat sebagian besar dibelahan dunia merayakan World Wildlife Day. Tim kami bersama tim PKSDAE Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan,serta dibantu masyarakat lokal, harus terjun kelapangan untuk melakukan upaya evakuasi monyet Lutung kelabu yang terjebak dipemukiman warga Anjir Serapat Muara – Barito Kuala, itu bisa terjadi karena satwa tersebut telah kehilangan rumahnya yang telah beralih fungsi“, kata Amalia Rezeki.
Lebih lanjut, menurut Zulfa Asma Fikra ketua Forum Konservasi Flora & Fauna Kalsel. Konflik antara satwa liar dan manusia, dari tahun ketahun sepertinya terus meningkat. Kebakaran hutan dan Alih fungsi lahan diduga sebagai penyebab utamanya. Untuk itu mari beri ruang bagi satwa liar dengan menyisakan lahan hutan untuk rumahnya. Saatnya kita hidup berdampingan secara damai dan lestari.
“ Tekad SBI untuk membeli kembali lahan yang telah berubah fungsi dan dikembalikan menjadi rumah bagi satwa liar, patut diapresiasi dan didukung, karena tak banyak institusi yang bergerak seperti itu. Disisi lain upaya pemerintah provinsi Kalimantan Selatan dalam membangun Kawasan Ekosistem Esensial ( KEE ) dibeberapa daerah, untuk melindungi keragaman hayati patut didukung oleh semua stake holder dan ini sebuah langkah maju dalam pembangunan yang berkelanjutan “, jelas Zulfa Asma Vikra****
***