suara banua news-MARABAHAN, Pilihan anggota Urusan Kesehatan (Urkes) Polres Barito Kuala ini bukan turun ke sawah untuk menanam padi, ataupun berkebun konvensional.
Bermodal pengetahuan non formal, Mustafa memilih bercocok tanam melalui metode hidroponik yang masih jarang dilakukan di Batola.
Sempat melakukan trial dan menemui error dalam setahun terakhir, sekarang Mustafa terbilang berhasil membudidayakan selada hidroponik, sekaligus mendukung upaya Polres Batola dalam mensosialisasikan program ketahanan pangan.
“Kebetulan kampus saya dulu berdekatan dengan balai pertanian. Saya langsung tertarik mencoba hidroponik dan menggali lebih dalam metode ini,” ungkap Mustafa, Sabtu (6/6/2020).
Perlahan Mustafa mulai membuat media tanam hidroponik berupa pipa PVC, rockwool hingga netpot. Begitu selesai dirakit, media itu ditempatkan di pekarangan rumah.
Dalam proses trial and error, warga Jalan AES Nasution Marabahan ini pernah menanam tomat, kembang kol, sawi dan pakcoy.
Akhirnya Mustafa memilih selada selama setahun terakhir, lantaran pasokan tanaman ini masih kurang. Pun kalau ditanam konvensional, perkembangan krop selada kurang maksimal.
“Hasil percobaan tidak semuanya berhasil. Salah satunya disebabkan pencahayaan matahari yang kurang maksimal, karena tanaman terlindungi rumah dan pohon,” beber Mustafa.
“Kemudian saya memindahkan semua tanaman ke belakang rumah agar mendapatkan pencahayaan maksimal,” tambahnya.
Dibutuhkan biaya swadaya tidak kurang dari Rp20 juta untuk membangun lingkungan hidroponik seluas 16 meter persegi, lengkap dengan titian ulin, empat meja tanam dan atap dari plastik UV.
Di atas empat meja tanam, dipasang masing-masing 20 batang pipa PVC dengan jarak lubang tanam sekitar 15 sentimeter.
Total tersedia 1.500 lubang tanam yang dimanfaatkan Mustafa untuk selada berumur 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu dan 4 minggu atau siap panen.
“Dalam sekali panen, biasanya diperoleh 20 kilogram selada yang dijual seharga sekitar Rp40.000 per kilogram,” jelas Mustafa.
“Kebetulan saya sudah punya langganan penjual kebab dan toko franchise lain di Banjarmasin maupun Batola,” tambahnya.
Sedianya Mustafa bercita-cita menembus pasar yang lebih besar, mengingat jalur tersebut telah tersedia melalui komunitas penggiat hidroponik.
Disamping pemasaran hasil, bergabung dalam komunitas juga mempermudah mendapatkan bibit dan peralatan tanam.
“Tetapi dengan syarat harus konsisten, saya belum bisa memenuhi. Di sisi lain, saya sedikit kewalahan melayani langganan yang sudah ada,” tukas Mustafa.
Hidroponik sendiri memiliki prospek yang cukup bagus, karena proses pemeliharaan tidak menggunakan pestisida.
“Untuk menanggulangi hama, saya menggunakan yellow trap sebagai pengganti pestisida. Kalau ingin lebih terjamin, tanaman ditempatkan di dalam green house,” pungkas Mustafa.
Iberahim sbn