suara banua news- BANJARMASIN, Perum Bulog Kanwil Kalsel mengaku semenjak program Raskin & Rastra ( Beras Sejahtera ) dihapus tahin 2017 lalu dan berganti wajah menjadi Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di kementrian Sosial, penyaluran stock Beras di gudang mereka ke publik mengalami penurunan sangat drastis.

HAL TERSEBUT langsung diungkapkan oleh Pinwil Kalsel Imron Rosidi saat ditemui Suarabanuanews.com kamis sore kemarin di ruang kerjanya (15/4/2021).


” Masalah inti dari menurunnya penyaluran beras bulog ke masyarakat adalah terkait regulasi hulu ke hilir yang saat ini menjadi belum pasti, ” terang imron.

Lebih detil Imron menjelaskan, semenjak Program Rastra (beras sejahtera) dan Raskin dihapus dan berganti nama menjadi BPNT (Bantuan Pangan Non Tunai) oleh Kementrian Sosial, program bantuan sembako khususnya beras tidak lagi dipercayakan sepenuhnya kepada Bulog, namun ke semua pihak yang dinilai bisa atau mampu menyediakan ketersediaan beras seperti kelompok hingga perseorangan yang mana bebas dipilih oleh E-Market yang menjadi mitra kerja Perbankan pada program BPNT tersebut.

Oleh sebab itu, lanjut Imron, pihaknya saat ini sedang berusaha menemukan cara agar stock beras dalam gudang Bulog tersebut bisa segera keluar agar Perum Bulog bisa segera kembali menyerap beras yang ada di masyarakat khususnya para Petani Beras.

” Kalau yang di dalam gudang sudah keluar, maka (Bulog) akan kembali (serap) untuk metambah stoknya lagi sesuai kebutuhan,” terangnya.

Imron mengungkapkan bahwa saat ini stock beras jenis medium se Indonesia masih ada 1 juta ton, dan Perum Bulog Kalsel memiliki stok 8200 ton.

” Pada triwulan pertama sampai dengan April 2021 saat ini kami baru bisa menyalurkan 1400 ton,” imbuhnya.

Imron kembali membeberkan bahwa Perum Bulog tetap berupaya merealisasikan secara penuh target pengadaan 1,4 Juta ton beras secara nasional dalam negeri, meskipun saat ini belum ada jaminan kanal penyaluran stok cadangan beras pemerintah (CBP), ditambah lagi Bulog masih dibebani stok beras lama yang belum keluar dari gudang.

Imron kembali mengatakan, kanal penyaluran Bulog hanya menyisakan operasi pasar yang cenderung tidak pasti dan cenderung tidak dapat dipastikan.

“ Mana mungkin operasi pasar terus dilakukan sepanjang tahun, apalagi saat harga stabil dan relatif turun, skenario mengebom pasar ini nanti bisa merusak sinyal pasar,” lanjutnya.

Imron kembali menginformasikan, meskipun saat ini sudah ada Ide untuk menjadikan Bulog sebagai penyalur tunggal beras bagi TNI, Polri, dan ASN, namun hal tersebut dinilai bisa saja menjadi solusi, namun perlu dipastikan berapa besar potensi volumenya.

“ Menyerap tanpa kepastian outlet itu penuh risiko, dan cenderung bisa merugikan,” tandasnya.

Imron mengaku, bahwa saat ini mereka lebih cenderung konsentrasi pada hal penyaluran beras Komersial karena lebih jelas pendistribusian hilir dan hulunya, dan hal inilah yang masih bisa membuat Bulog masih bertahan.

Untuk diketahui bahwa saat ini sisa pengadaan beras Bulog pusat pada tahun 2018 dan 2019 masih tersisa belum menemukan solusi bagaimana cara menyalurkannya.***
budi setiawan sbn

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here