suara banua news – BANJARMASIN,Angka stunting atau ‘orang kerdil’ di Kalimantan Selatan (Kalsel) masih tinggi. Bahkan masuk 10 besar angka tertinggi stunting di Indonesia.
“KALSEL berada di 10 besar kasus stunting di Indonesia,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel, Muhammad Muslim di Banjarmasin, Jumat (27/8/2021).
Kendati demikian, Muslim belum bisa merincikan besaran angka stunting di Kalsel, karena belum melihat hasil dari tim monitoring yang saat ini terus bekerja.
Dia menyebut, monitoring stunting di tahun 2020 tidak dilakukan karena kesibukan pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19.
Berdasarkan data di tahun sebelumnya, angka kasus tertinggi stunting ada di Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Kota Banjarbaru.
“Di Banjarbaru angkanya bisa cepat berkurang, karena dikeroyok bersama,” jelas dia.
Segala daya dan upaya terus dilakukan pemerintah provinsi dan kabupaten/ kota untuk menekan angka stunting’ di Banua.
“Kita bersinergi dengan semua sektor dibawah komando Sekda Provinsi. Sektor kesehatan hanya 30 persen, sementara 70 persennya melibatkan sektor lain seperti PUPR, Kehutanan, PMD, Pendidikan dan Dinas Pemberdayaan perempuan dan anak. Jadi stunting harus dikeroyok bersama,” tegasnya Muslim.
Penyebab utama Stunting, beber Muslim adalah persoalan gizi. Karena itulah persoalan gizi ini yang menjadi perhatian utama pemerintah.
“Kita terus pantau persoalan gizi mulai remaja kemudian bereproduksi, kehamilan, melahirkan sampai 2 tahun usia anak, kita fokus sampai 1000 hari pasca melahirkan,” tambahnya.
Untuk diketahui, stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama, umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi.
Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun.
Selain pertumbuhan terhambat, stunting juga dikaitkan dengan perkembangan otak yang tidak maksimal.
Hal itu menyebabkan kemampuan mental dan belajar yang kurang, serta prestasi sekolah yang buruk.***
eka purwasih sbn