suara banua news – BANJARBARU, Tarian Kolosal Mathilda Batlayeri menghiasi puncak peringatan hari ulang tahun ke-78 Bhayangkara di Brimobda Polda Kalsel.
TARI KOLOSALyang dibuat oleh koregrafer Gita Kinanthi dan didukung para mahasiswa serta sanggar gabungan Banjarbaru – Kabupaten Banjar ini menceritakan seorang pahlawan asal Maluku yang merupakan bhayangkari yang tangguh dan rela mengorbankan dirinya.
Pemeran Mathilda Batlayeri, Pristina berlatih selama 10 hari untuk memerankannya. Ia mengaku bangga dan senang memerankan seorang pejuang.
“Apalagi yang saya perankan bukan wanita biasa, melainkan seorang pejuang,” jelasnya.
Mathilda Batlayeri gugur demi mempertahankan pos polisi di Kurau, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan pada tahun 1953 melawan Ibnu Hadjar.
Ibnu Hadjar sendiri merupakan anggota TNI berpangkat Letnan Dua. Namun, ia memberontak dan menyatakan bahwa dirinya bagian dari perjuangan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) pimpinan Kartosuwiryo.
Mathilda Batlayeri menerjunkan dirinya dalam baku tembak dengan para pemberontak yang berjumlah 50 orang di pos polisi Kurau.
Pada masa itu, pos polisi hanya dijaga oleh 5 anggota kepolisian, sedangkan suaminya Adrianus Batlayeri sedang mengambil air sumur yang jaraknya berpuluh-puluh kilometer dari pos polisi.
Melihat para anggota dan ketiga anaknya sudah mati tertembak dan sang suami belum datang, Mathilda mengambil senjata moser milik suaminya.
Ia berhasil menembak pimpinan pemberontak yakni Ibnu Hadjar yang dikabarkan memiliki ilmu kebal.
Namun naas, Mathilda juga tertembak dan gugur dalam perjuangan itu bersama janin yang sedang dikandungnya.
Nama Mathilda Batlayeri diabadikan di beberapa tempat seperti nama Aula Bahayangkari di Mako Polda Kalimantan Selatan, serta nama jalan di Kurau.
Sementara di Kepulauan Tanimbar, pemerintah setempat membuat Monumen Mathilda Batlayeri di Saumlaki.
Peletakan batu pertama dilakukan Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu.***
nr sbn